Proposal Penelitian R&D



PENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MATERI GULING DEPAN UNTUK SMP KELAS VII



PROPOSAL PENELITIAN
DI SUSUN OLEH:
Kelompok 2
-          Fajri Rezkiana Saleh      (1631040034)
-          Nur Afni                          (1631040036)
-          Zulkifli S                          (1631040032)
-          Syamsul Rijal                   (1631040009)
-          Achmad Raihan J           (1631040048)
-          Wahyu Ilaihi Syam         (16310400    )
-          Nurmansyah                    (1631040004

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019







Kata pengantar
Bismilllah Ar-Rahman Ar-Rahim Wasalahtu Wassalamu alaRasulillah Wa’ala aalihi
Puji syukur pada Allah SWT. Karena limpahan kasih sayangnya yang terus mengalir kepada umat manusia, khususnya pada penulis, dalam bentuknya yang unik dan mengagumkan. Karena kuasanya pula karya tulis ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW. Juga pada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya sampai ahir zaman.
Sebagai manusia, tentunya tidak terlepas dari salah dan hilaf. Begitu juga penelitian yang ditulis pada karya tulis ini, didalamnya terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak sengaja, oleh karna itu, peneliti terbuka terhadap saran dan kritik yang menbangun dari siapapun,  yang akan menjadi catatan dan perhatian untuk memperbaiki dan mengembangkannya agar mendekati kesempurnaan. diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri.


Makassar , 20 maret 2019

Penulis




  
PENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MATERI GULING DEPAN UNTUK SMP KELAS VII


ABSTRAK

Tujuan dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan pengembangan media belajar yang interaktif pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada materi guling depan untuk SMP kelas VII. Selain itu, penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang pengembangan dan penerapan media pembelajaran olahraga untuk pemula usia sekolah menengah pertama dan mengetahui efektivitas, efisiensi serta daya tarik anak terhadap model yang dibuat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan Research & Development (R & D) dari Borg and Gall. Subyek dalam penelitian dan pengembangan ini adalah siswa SMP kelas VII.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah angket, kuisioner, serta instrumen test melakuakn guling depan usia SMP, adapun tahapan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah, pada tahap: (1) analisis kebutuhan, (2) evaluasi ahli (evaluasi produk awal); (3) ujicoba terbatas (ujicoba kelompok kecil); dan (4) ujicoba utama (field testing).
Berdasarkan hasil pengembangan dapat disimpulkan bahwa: (1) Dengan model pengembangan media belajar pada materi guing depan usia SMP dapat dikembangkan dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah (2) Dengan model pengembangan media belajar materi gulng depan  untuk anak usia SMP kelas VII yang telah dikembangkan, diperoleh bukti adanya peningkatan ini di tunjukan pada hasil pengujian data hasil pretes dan posttest adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan model.

Keywords: Pengembangan, Media , Guling Depan





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
A.      Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1
B.       Fokus Masalah.............................................................................................................. 5
C.      Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
D.      Tujuan Penelitian......................................................................................................... 6
E.       Manfaat Penelitian........................................................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................... 9
A.      Konsep Pengembangan Model.................................................................................... 9
B.       Konsep Model Yang Dikembangankan .................................................................... 18
C.      Kerangka Teoretik........................................................................................................ 21
D.      Rancangan Model......................................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................... 39
A.      Tinjauan Penelitian...................................................................................................... 39
B.       Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 40
C.       Karakteristik Model yang Dikembangkan................................................................ 41
D.      Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................................ 41
E.       Langkah-Langkah Pengembangan  Model............................................................... 45
F.       Pengumpulan Data dan Analisis Data....................................................................... 48

PRODUK YANG DIBUAT ........................................................... 50



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjas) merupakan salah satu kelompok mata pelajaran dalam sistem kurikulum pendidikan nasional diIndonesia. Menurut Depdiknas (2006) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, cakupan materi kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan dimaksutkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerjasama, dan hidup sehat. Kemudian didalam teknik penilaiannya mata pelajaran Pendidikan JasmaniOlahraga dan Kesehatan mengacu pada tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik. Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang teratur, terencana, terarah dan terbimbing diharapkan dapat merubah perilaku peserta didik serta dapat mencapai seperangkat tujuan yang meliputi pembinaan dan pembentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani peserta didik.
Tugas dan kewajiban seorang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan diantaranya adalah mengatur, mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk mencapai seperangkat tujuan dari Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan itu sendiri dan juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan melibatkan peserta didik aktif dalam mengikuti setiap proses pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Arief S. Sadiman dkk (1996 : 16) bahwa dengan menggunankan media dapat diatasi sikap pasif anak didik karena media dapat berguna untuk menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung, dan memungkinkan peserta didik belajar mandiri. Dengan adanya media diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran serta mempermudah guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Senam lantai merupakan salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP. Materi senam lantai ini diberikan dalam bentuk materi-materi teori dan praktek, dalam kegiatan pembelajaranya, peserta didik diharapkan menguasai berbagai rangkaian gerakan dasar sesuai dengan materi yang diajarkan pada tiap semester dan tingkatan tertentu.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara kepada guru dan peserta didik di lapangan menemukan persepsi peserta didik banyak yang memandang bahwa mata pelajaran ini adalah mata pelajaran yang membutuhkan perhatian khusus dalam mengikuti kegiatan pembelajaranya. Di sisi lain banyak peserta didik yang menganggap bahwa mata pelajaran ini sulit mendapatkan hasil yang memuaskan karena dalam kegiatan pembelajarannya, peserta didik diharuskan mampu menguasai rangkaian gerakan dasar senam lantai. Selain itu, dalam pembelajaran senam lantai ini peserta didik juga diajarkan cara melakukan rangkaian gerakan melalui teori dan praktek secara langsung yang diajarkan oleh guru. Materi senam lantaiantara lain meliputi ; Pengertian senam, perkembangan senam, manfaat senam, dan teknik dasar senam lantai.
Kurang efektifnya pembelajaran terlihat ketika peserta didik hanya bergantung kepada guru dengan metode pembelajaran konvensional sehingga menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Kenyataan lain yang ditemukan di lapangan adalah bahwa tidak semua guru Penjas menguasai semua materi dan mampu mendemonstrasikan kepada peserta didik. Hal itu disebabkan karena keterbatasan pengetahuan maupun karena keterbatasan fisik (usia) yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan gerakan-gerakan seperti guling depan.
Dari hasil pengamatan secara nonformal di atas dapat diketahui pentingnya dikembangkan sebuah media pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan pembelajaran serta menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran konvensional dalam penyampaiannya lebih cenderung dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan yang menyebabkan kurang menarik bagi peserta didik. Menurut Arief S. Sadiman, dkk. (1996 : 16) penggunaan media pembelajaran dapat memperjelas penyajian materi agar tidak bersikap verbalistis. Media pembelajaran sangat beraneka ragam jenisnya. Menurut Cecep Kustandi (2013 : 29) media pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu (1) media teknologi cetak, (2) media teknologi audio visual, (3) media hasil teknologi berbasis komputer, (4) gabungan teknologi cetak dan komputer. Dari keempat jenis media tersebut media akan lebih maksimal apabilka menggunakan gabungan dari teknologi cetak dan komputer karena didalamnya mengandung beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila dikendalikan oleh komputer.
Media pembelajaran yang dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri adalah CD (Compact Disk) pembelajaran. Materi senam lantai mata pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi dapat dikemas di dalam CD (Compact Disk) pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran seperti ini diharapkan mampu membantu peserta didik untuk belajar mandiri dan juga meningkatkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan didalamnya. Bagi guru media ini dapat digunakan sebagai bentuk pengembangan dari media pembelajaran yang berbentuk buku paket/handout. yang dapat membantu mempermudah penyampaian materi guling depan
Program (software,aplikasi) yang dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran adalah Lectora Inspire yang dikeluarkan oleh salah satu perusahaan Trivantis Corporation. Menurut Arip Febrianto (2013: 10) Software ini dapat digunakan untuk membuat, merancang dan menjalankan program yang nantinya digunakan sebagai media pembelajaran.
Keunggulan lain dari software ini antara lain mudah dalam pembuatan dan mudah dalam penggunaanya, sehingga tidak sulit bagi guru untuk mendesain media pembelajaran. Sebagian guru sangat minim dalam memanfaatkan mediamedia pembelajaran terutama media pembelajaran yang berbasis komputer.
Namun dengan media pembelajaran yang dirancang menggunakan Lectora Inspire ini cukup mudah dibuat juga digunakan.
Dari permasalahan diatas, mengingat begitu pentingnya materi guling depan serta kendala yang dialami di dalam pembelajaran terkait media, maka sangatlah diperlukan suatu pengembangan media yang dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang mampu meningkatkan pemahaman serta motivasi dalam belajar. Oleh karena itu peneliti ingin mencoba mengembangkanmedia pembelajaran interaktif pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berbasis lectora inspire materi guling depan untuk SMP kelas VII.
B.     Fokus Masalah
Fokus permasalahan pada penelitian ini adalah pengembangan media belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk SMP kelas VII.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian. Masalah yang akan diteliti dalam dalam penelitian ini adalah
1.      Bagaimana pengembangan media pembelajaran interaktif Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan berbasis video materi guling depan untuk SMP kelas VII?
2.      Apakah pengembangan model dapat efektif dalam materi guling depan? 
D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari peelitian ini adalah:
1.      Untuk menghasilkan sebuah media pembelajaran Interaktif Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dalam bentuk CD (Compact Disk) materi guling depan untuk SMP kelas VII.
2.      Untuk mengetahui apakah pengembangan model dapat efektif dalam materi guling depan
E.     Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian berupa produk media pembelajaran dalam bentuk CD(Compact Disk) pembelajaran ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, baik secara teoritis maupun praktis.
1.      Teoritis
a.       Memberikan sumbangan bagi perkembangan pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
b.       Dapat dijadikan kajian penelitian selanjutnya, sehngga hasilnya lebihmendalam.
c.       Secara tidak langsung membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang berpengetahuan dalam menghadapi era digital.
2.      Praktis
a.       Bagi Guru
1)      Memperoleh media pembelajaran yang lebih variatif bagi gurudan sekolah.
2)      Memotivasi pendidik untuk memanfaatkan media pembelajaranberbasis teknologi komputer.
3)      Informasi ini nantinya bisa dijadikan bahan masukan dalam upayameningkatkan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahrag dan Kesehatan yang lebih baik.
b.       Bagi Peneliti
1)      Menambah wawasan mahasiswa untuk dapat berfikir secara kritisdan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.
2)      Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam praktekpembelajaran lapangan.
3)      Menambah keterampilan dalam membuat dan mendesain mediapembelajaran yang berbasis komputer.
4)      Menambah pengetahuan dan melatih kemampuan kerja ilmiahatau praktek penelitian mahasiswa karena aplikasi dari penelitianini mengarah pada sebuah penelitan tinndakan.
5)      Menumbuh kembangkan kultur pembelajaran yang inovatif dankreatif melalui pembuatn media pembelajaran.
6)       Sebagai media untuk mengimplementasikan ilmu dan teori-teoriyang telah didapatkan selama proses belajar.
c.       Bagi Peserta Didik
1)       Adanya media ini memberikan kemudahan bagi peserta didikdalam belajar dan memahami materi yang diajarkan.
2)      Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik dalammata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatanterutama pada materi teknik dasar senam lantai.
3)       Media pembelajaran ini dapat dignakan untuk mendukung prosespembelajaran peserta didik sebagai sumber belajar mandiri.
4)      Media pembelajaran ini diharapkan dapat memberikanpengalaman merarik bagi peserta didik dalam pembelajaranPendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    KONSEP PENGEMBANGAN MODEL
`           Penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.[1] Penelitian dapat pula diartikan sebagai pengetahuna yang diperoleh berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapi.[2] Penelitian pada dasarnya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang ada atau untuk memecahkan masalah yang dilakukan dalam penerapan metode ilmiah, dimana metode tersebut menggambarkan langkah-langkah untuk mengumpulkan data dan informasi secara sistematis. Adapun bentuk-bentuk dari penelitian tersebut diantaranya yakni penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif, penelitian evaluasi, penelitian tindakan serta penelitian dan pengembangan (Research and Development). Dari beberapa jenis penelitian tersebut, penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).
Kemudian menurut Sukmadinata penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.[3] Untuk dapat mengembangkan sebuah produk, langkah awal yang harus dipahami oleh peneliti adalah menganalisa apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sekarang. Karena dengan kita menganalisa kebutuhan tersebut, ini akan memberikan gambaran tentang masalah yang ada dari sekelompok masyarakat. Dengan menganalisis kebutuhan yang yang dibutuhkan masyarakat, peneliti akan dapat mengetahui produk apa akan di kembangkan sehingga bisa bermanfaat nantinya di masyarakat luas.
Setyosari mengatakan penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu langkah-langkah siklus.[4] Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus, di awali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu.[5] Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan produk-produk untuk kepentingan tertentu yang diawali dengan analisis kebutuhan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan produk dan uji coba kelompok, setiap uji kelompok selalu dilakukan revisi untuk melihat kekurangan dan kelemahan produk yang dikembangkan. Penelitian pengembangan bukanlah untuk merinci dan menerapkan intervensi yang lengkap, tetapi untuk meningkatkan dan menyesuaikan kebutuhan dan aspirasi yang inovatif. R&D menekankan produk yang berguna atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan inovasi dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Inovasi dan kemungkinan pemanfaatannya menjadi ciri penentu yang sangat penting.[6] Dalam hal ini yang akan dikembangkan adalah pengembangan model pembelajaran  media berbasis video pada materi roll depan  untuk siswa SMP. Berikut beberapa model yang sering digunakan dalam penelitian dan pengembangkan sebuah media pembelajaran diantaranya :
1.      Model Pengembangan ADDIE
            Model pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian dan pengembangan (research and development) cukup beragam. Salah satu model pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian pengembangan adalah  model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation).[7]

ANALYZE
           

IMPLEMENT
EVALUATE
DESIGN
DEVELOP
 



Gambar 2.4 Model ADDIE
Sumber : I Made Tegeh, Model Penelitian Pengembangan
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) h. 42
            Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pembelajaran. Model ADDIE memberi peluang untuk melakukan evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap. Hal ini berdampak positif terhadap kualitas produk pengembangan. Dengan demikian,  tahap kelima model ini, yakni tahap evaluasi merupakan tahap evaluasi terhadap kesatuan atau keseluruhan produk pengembangan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
2.      Model Pengembangan Borg and Gall
            Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti tercantum pada gambar 2.5 berikut.











Research and information

Planning

Develop preminary form of product

Preminary field testing

Main product revision

Main field testing

Operational product revition

Operatinal field testing

Final product revision

Dissemination and implementation

 




Gambar 2.5 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D),Bord and Gall
Menurut Borg & Gall ada 10 tahap yang harus dilalui dalam R & D, tahap-tahap penelitian yang dikemukakan oleh Borg & Gall adalah:[8]
1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi literatur,penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
a) Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?
b) Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang direncanakan.
c) Riset skala kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.
2. Merencanakan Penelitian (Planning)
Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: a) merumuskan tujuan penelitian; b) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; c) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
3. Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)
Langkah ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain hipotetik); b) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; c) menentukan tahap-tahap pelaksanaan uji desain di lapangan; d) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian.
4. Uji Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a) melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan awal dilakukan secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun metodologi.
 5. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapanganterbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji cobalapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebihbanyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.Evaluasi yang dilakukan lebihpada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifatperbaikan internal.
6. Uji Lapangan Utama (Main Field Test)
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a)melakukan uji efektivitas desain produk; b) uji efektivitas desain, pada umumnya,menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; c) Hasil uji lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
7. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan post test. Selain perbaikan yang bersifat internal, penyempurnaan produk ini di dasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
8. Uji Kelayakan (Operational Field Testing)
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar:        a) melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; c) hasil uji lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
9. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.
10. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)
Memberikan/ menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui mediamassa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality control.Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran Research and Development menurut Borg and Gall terdiri atas:
(a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
(b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
(c) uji lapangan
(d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.
Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada, penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan. Penggunaan expert judment selama proses pengembangan Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detail sehingga terlihat kompleks.
Sedangkan persamaannya terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama dikembangkan.
Pengembangan model latihan diawali dengan menganalisis secara detail literatur keilmuan berdasarkan cabang olahraga. Kemampuan teknik dan taktik atlet juga harus dievaluasi untuk melihat area kelemahan untuk dialamatkan pada model latihan. Pada konsep pengembangan bentuk latihan ini peniliti ingin meningkatkan keterampilan teknik tendangan pencak silat pada atlet lanjutan. Atlet lanjutan dalam hal ini adalah atlet Porprov kabupaten Jembrana dengan teknik tendangan yang dilatih meliputi tendangan lurus, tendangan sabit, tendangan T, dan tendangan belakang. Dengan masing-masing tendangan menggunakan variasi dan model latihan yang berbeda-beda.
Dalam penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg & Gall dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail dan analisis tugas yang diuraikan Borg & Gall tersusun secara terperinci dan tujuan khusus secara jelas, serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan rivisi akan dilaksanakan setelah diadakan tes.
Penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk membantu dalam mengembangkan model latihan yang lebih bermanfaat dan variatif untuk diterapkan. Pelaksanaan penelitian akan dimulai dari tahap awal yaitu potensi dan masalah, hingga pada tahap kesembilan yaitu revisi produk setelah uji coba pemakaian. Adapun yang melatar belakangi pembatasan tahap peneltitian dan pengembangan adalah terkait dengan faktor tenaga, biaya, serta waktu yang diperluakan dalam produksi massal/desiminasi model.
B.     Konsep model yang dikembangankan
Model-model yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail, dan model ini juga memungkinkan kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model Borg dan Gall tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah  uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, chart mengenai langkah-langkah penelitian pengembangan yang digunakan oleh peneliti berdasarkan langkah-langkah penelitian oleh Borg dan Gall, the major steps in the R & D cycle used to develop minicourses are as follows:
1.      Research and Information Collecting – Includes review of literature,class-room observations, and preparation of report of state of the art.
2.      Planning – Includes defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale feasibility testing.
3.      Develop Preliminary form of Product – Includes preparation of instructional materials, handbooks, and evaluation devices.
4.      Preliminary Field Testing – Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 – 12 subjects. Interview, observational and questioner data collected and analyzed.
5.      Main Product Revision – Revision of product as suggested by the preliminary field-test result.
6.      Main Field Testing – Conducted in 5 to 15 schools with 30 – 100 subjects. Quantitative data on subjects precourse and postcourse performance are collected. Result are evaluated with respect to course objectives and are compared with control group data, when appropriate.
7.      Operational Product Revision – Revision of product as suggested by main field-test result.
8.      Operational Field Testing – Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects. Interview, observational and questionnaire data collected and analyzed.
9.      Final Product Revision – Revision of product as suggested by operational field-test results.
10.  Dissemination and Implementation – Report on product at professional meetings and in journals.
11.  Work with punlisher who assumes commercial distribution.
12.   Monitor distribution to provide quality control[9].
Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada,
a)      penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan.
b)      Penggunaan expert judment selama proses pengembanganPenggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detail sehingga terlihat kompleks.
Sedangkan persamaan dari keseluruhan terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama dikembangkan.
C.    Kerangka Teoretik 
1.      Media
a.      Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima (Arif S. Sadiman, dkk. 1996 : 6). Sedangkan menurut Azhar Arsyad (2011 : 3) bahwa kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima.
Media atau disebut dengan medium berfungsi sebagai pengantar untuk menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima. Media yang berisi pesan atau komunikasi seperti, televisi, film, foto, rekaman dan sebagainya disebut sebagai media komunikasi tetapi media yang mengandung informasi atau pesan-pesan yang bertujuan instruksional dan mengandung maksud-maksud pembelajaran maka disebbut dengan media pembelajaran. Seperti yang disampaikan Heinich dkk dalam Azhar Arsyad (2011 : 4) bahwa istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Menurut Hamidjojo dalam Arsyad (2011 : 4) memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat agar sampai kepada penerima.
Dari berbgai definisi media yang telah disampaikan diatas secara garis besar media adalah perantara dan pembawa informasi yang mengantarkan iformasi tersebut dari pengirim ke penerima.
b.      Jenis-jenis Media
Menurut Azhar Arsyad (2011 : 29), berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu :
1)      Media hasil teknologi cetak
Cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi. Teknologi ini menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak.
2)      Media hasil teknologi audio-visual
Cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronok untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran menggunakan perangkat keras, seperti mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual yang lebar. Jadi pengajaran ini adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran.
3)      Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
Cara penyampaian materi melalui sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Informasi yang disampaikan dalam bentuk digital bukan bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis computer ini menggunakan layar kaca untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik.
4)      Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer
Cara untuk menghasilakan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila dikendalikan oleh computer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random acces memory yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan peripheral (alat-alat tambahan seperti videodisc player, perangkat keras untuk bergabung dalam satu jaringan, dan sistem audio).
Menurut Agus S. Suryobroto (2001:17-22) Media pembelajaran yang digunakan di Indonesia ada beberapa macam, yaitu; (1) Media Grafis, media ini termasuk media visual seperti media lain yang berfungsi untuk menyaurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Jenis-jenis media grafis antara lain; gambar/foto, sketsa, diagram, kartun, poster, papan flannel, dan papan bulletin. (2) Media Audio, media audio merupakan media yang berkaitan dengan pendengaranatau suara. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambing auditif baik verbal maupun non verbal. Jenisnya; radio, alat perekam pita magnetic, dan laboratorium bahasa. (3) Media proyeksi diam; film bingkai, film rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televisi, permainan dan simulasi.
Taksonomi  menurut  Rudy  Bretz  dalam  Arif  S.  Sadiman,  dkk. (1996 : 20) Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu: suara, visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu: gambar, garis (line grapihc) dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera pengelihatan. Bretz juga membedakan antara media telekomunikasi dan media rekam sehingga terdapat 8 jenis kasifikasi media yaitu: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio dan 8) media cetak.
Gagne dalam Arif S. Sadiman, dkk. (1996 : 23) membagi media menjadi tujuh macam pengelompokan media. Pengelompokan tersebut antara lain meliputi: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, filem bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasuk-alihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik.
Dewasa ini sangat beragam jenis media yang beredar di masyarakat, salah satunya adalah media kominikasi. Media komunikasi merupakan alat untuk menyalurkan pesan komunikasi dalam beragam bentuk seperti audio, visual dan audiovisual. Media komunikasi dapat menyampaikan pesan-pesan kounikasi seperti ceramah, cerita tulisan, gambar, symbol-simbol dan lain-lain yang disalurkan melalui media yang sesuai dengan fungsinya seperti radio, telepon, kaset rekaman, televisi, komputer, film, VCD, DVD, CD interaktif, Multimedia, jaringan internet seperti blog, website, email, facebook, elearning dan lain-lain.
Dari definisi jenis media diatas dapat disimpulkan bahwa media terdiri dari berbagai macam baik cetak maupun elektronik yang fungsinya tidak lain adalah untuk digunakan sebagai penunjang dan berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan.
1.      Landasan Teoritis Penggunaan Media
Menurut Bruner dalam Cecep Kustandi, dkk. (2011 : 10 ), bahwa ada tiga tingkatan utama modus belajar yaitu:
1)                  Pengalaman langsung (enactive)
2)                  Pengalaman pictorial/gambar (iconic)
3)                  Pengalamanabstrak (symbolic)
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pengalaman langsung adalah megerjakan, misalnya arti kata “senang” dipahami dengan langsung membuat “senang” pada tingkatan kedua yang disebut pengalaman pictorial/gambar (iconic), kata “senang” dipelajari dari gambar, ataupun video. Selanjutnya pada tingkatan ke tiga (symbolic) peserata didik membaca atau mendengar kata “senang” kemudian mencocokannya dengan pengalamanya membuat “senang”.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah Dale‟s Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Burner sebagaimana diuraikan sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang ada dalam lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas di puncak kerucut semakin abstrak meida penyampai pesan.
Dalam proses belajar dan interaksi mengajar belajar tidak harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan bermakna mengenai informasi dan gagasan yang tekandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Ini juga dikenal dengan Learning By Doing.
2.      Media Pembelajaran
a.      Pengertian Media Pembelajaran
            Menurut Garlech & Ely dalam Azhar Arsyad (2011 : 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. AECT ( Asociation of Education and Communication technologu. 1997) dalam Azhar Arsyad (2011 : 3) memberi batasan tentang media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
            Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran. Menurut Dina Indriana (2011: 15-16), media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap tujuan pengajaran. Media pembelajaran sebagai alat bantu pada proses belajar dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas. Media tersebut digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran (Azhar Arsyad, 2006: 7).
              Penggunaan media pembelajaran dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik seperti yang dikemukakan oleh John Latuheru (1988; 14), media merupakan bahan, alat, atau tehnik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik dapat berlangsung secara tepat guna.
              Media pembelajaran juga dikatakan sebagai wadah atau tempat dari materi dalam sebuah proses pembelajaran (Rudi Susilana & Cepi Riyana, 2008:7). Maka dari itu, media pembelajaran dijadikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan pesan sehingga dapat membantu mengatasi beberapa permasalahan pendidikan (Arief S. Sadiman, 2011: 14).
              Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar mengajar. Media pembelajaran juga merupakan sarana komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan yang bertujuan instruksional dan atau mengandung maksud-maksud pengajarann yang digunakan sebagai langkah mempermudah penyampaian informasi dari guru ke peserta didik untuk kepentingan pembelajaran.
b.      Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Metode mengajar dan media pembelajaran merupakan dua unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi, metode mengajar tertentu akan mempengaruhi media pembelajaran yang sesuai, meskipun ada banyak hal lain yang mempengaruhi pemilihan media pembelajaran. Fungsi utama media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2011 : 15) adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Kegunaan media dalam proses belajar mengajar menurut Arif S. Sadiman, dkk. (1996 : 16) secara umum memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1)      Memperjelas pesan yang aan disampaikan agar tidak terlalu verbalistis (kata-kata dan tulisan belaka)
2)      Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera seperti:
a)      Objek yang telalu besar dapat ditampilkan dengan media.
b)      Objek yang kecil dapat diperbesar dan diperjelas dengan media seperti proyektor micro dll.
c)      Gerakan yang terlalu lambatatau terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse, high speed photography dll.
d)     Kejadian sejarah yang terjadi di masa lau dapat ditampilkan kembali dengan rekaman video, gambar maupun audio.
e)      Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan bagan, model dll.
f)       Konsep yang terlalu luas (bencana alam) dapat disajikan dalam bentuk film.
1.      Mengatasi sikap pasif peserta didik dengan cara menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Kegunaan media pembelajaran tersebut adalah untuk:
a.       Menimbulkan gairah belajar.
b.      Memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk lebih dekat berinteraksi dengan lingkungan dan kenyataan.
c.       Memungkinka peserta didik untuk belajar mandiri.
2.      Mengatasi masalah perbedaan karakter, latar belakan, dan kemampuan siswa dengan:
a.                   Memberikan rangsang yang sama.
b.                  Mempersamakan pengalaman
c.                   Menyamakan persepsi siswa.
                   Menurut Hamalik dalam Azhar Arsyad (2011:15) mengemukakan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan, minat, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
                   Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media befungsi sebagai alat atau perantara yang dapat mempermudah proses penyampaian materi secara lebih nyata dengan menampilkan grafik, video maupun audio sesuai dengan kebutuhan.
Multimedia adalah alat bantu penyampai pesan yang menggabungkan dua elemen atau lebih media, meliputi teks, gambar, grafik, foto, suara, film dan animasi secara terintegrasi (Cecep Kustandi, dkk. 2011 : 68). Dari definisi media pembelajaran berbasis lectora inspire diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan media ini adalah menggunakan Lectora Inspire sebagai software untuk menyajikan materi ajar dan menggunakan   computer sebagai alat bantu        untuk mengoperasikan media tersebut.
8. Senam Lantai
Senam lantai adalah materi mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang disampaikan di kelas SMP maupun SMA. Menurut kemendiknas (2013 : 173) Senam lantai adalah salah satu rumpun dari senam. Sesuai dengan istilah lantai, maka gerakan-gerakan/bentuk pembelajarannya dilakukan di lantai. Jadi, lantai/matraslah yang merupakan alat yang dipergunakan. Senam lantai disebut juga dengan istilah pembelajaran bebas. Oleh karena tidak mempergunakan benda-benda atau perkakas lain pada saat menjalankannya.
Tujuan melakukan senam lantai selain untuk meningkatkan kemampuan melakukan bentuk-bentuk gerakan senam lantai sendiri juga sebagai pembelajaran pembentukan kemampuan untuk melakukan gerakan senam dengan alat.
Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak. Melalui berbagai kegiatannya, peserta didik akan berkembang daya tahan otot, kekuatan (power), kelentukan, koordinasi, kelincahan, dan keseimbangannya. Di samping itu, program senam dapat pula menyumbang pengayaan  perbendaharaan gerak pelakunya. Dasar-dasar senam akan sangat baik untuk mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan kesadaran tubuh secara umum, dan keterampilan-keterampilan senam. Contohnya, meliputi berdiri dengan postur tubuh yang baik, menggantung dalam posisi terbalik, serta menampilkan variasi gulingan berturut-turut.
Senam  lantai  memiliki  manfaat  mental  dan  sosial,  peserta  didik dituntut  untuk  berpikir  sendiri  tentang  pengembangan  keterampilannya. Untuk itu,  peserta didik  harus    mampu           menggunakan  kemampuan berpikirnya  secara  kreatif melalui pemecahan masalah-masalah gerak. Dengan demikian peserta didik akan berkembang kemampuan mentalnya.
 9. Guling Depan (Roll Depan)
        Gerakan guling depan (forward roll) menurut Kemendikbud (2014:171-174) adalah gerakan mengguling atau menggelinding ke depan membulat. Jadi        dalam  gerakan guling depan  gerakan tubuh harus dibulatkan. Pembelajaran guling depan dapat terbagi atas dua bagian yaitu :
1.      Guling depan dengan sikap awal jongkok dan guling depan dengan sikap awal berdiri.
Cara melakukan pembelajaran guling depan dari sikap awal jongkok dan sikap awal berdiri menurut kemendikbud (2014: 174) adalah sebagai berikut
Sikap Awal Jongkok
a)      Sikap awal jongkok, kedua kaki rapat, letakkan lutut ke dada.
b)      Kedua tangan menumpu di depan ujung kaki kira-kira 40 cm.
c)      Kemudian bengkokkan kedua tangan, letakkan pundak pada matras dengan       menundukkan kepala,dan dagu sampai ke dada.
d)     Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan gerakan berguling ke depan.
e)      Ketika panggul menyentuh matras, peganglah tulang kering dengan kedua tangan menuju posisi jongkok.
Sikap Awal Berdiri
a.       Sikap awal berdiri dengan kedua kaki rapat, lalu letakkan kedua telapak tangan di atas matras selebar bahu, di depan ujung kaki sejauh ± 50 cm.
b.      Bengkokkan kedua tangan, lalu letakkan pundak di atas matras dan kepala dilipat sampai dagu menempel bagian dada.
c.       Selanjutnya dengan berguling ke depan, yaitu saat panggul menyentuh matras lipat kedua kaki dan pegang tulang kering dengan kedua tangan menuju ke posisi jongkok (Kemendiknas 2013: 174).
10. Karakteristik Anak SMP
Dalam  proses  pendidikan,     peserta didik    merupakan       salah    satu omponen manusiawi        yang    menempati            posisi   sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan         dan      tumpuan          perhatian         dalam            semua transformasi  yang  disebut  pendidikan.  Dalam  tahap  perkembangannya, peserta didik  SMP diperkirakan berada pada tahap periode  perkembangan usia 13-15 tahun. Menurut Sukintaka (1991 : 64),            anak tingkat Sekolah Menengah         Pertama           (SMP) kira-kira           berusia             antara  13        –            15        tahun mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.      Jasmani
2.      Laki-laki ataupun putri ada pertumbuhan memanjang.
3.      Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.
4.      Sering menampilkan kecanggungan dan koordinasi yang kurang baik sering dilihatkan.
a)         Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi tak terbatas.
b)        Mudah lelah, tetapi tidak dihiraukan.
c)         Mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.
d)        Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih baik dari pada putri. Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain menjadi baik.
b. Psikis atau mental
a)      Banyak mengeluarkan energi untuk fantassinya.
b)      Ingin menentukan pandangan hidupnya.
c)      Mudah gelisah karena keadaan yang remeh.
c.Sosial
a)      Ingin tetap diakui oleh kelompoknya.
b)      Mengetahui moral dan etik dari kebudayaannya.
c)      Persekawanan yang tetap makin berkembang.
d. Keterampilan motorik
1.      Keterampilan gerak telah siap untuk diarahkan kepada permainan besar atau olahraga prestasi. Sedangkan menurut Desmita (2010 : 36), karakteristik masa usia SMP ada 8 diantaranya :
·         Terjadi ketidakseimbangan proporsi antara tinggi dan berat badan.
·         Mulai timbulnya ciri-ciri sexs skunder.
·         Kecendrungan ambivalens, antara keinginan menyendiri dan keinginan bergaul serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua.
·         Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
·         Mulai mempertanyakan secara skeptic mengenai eksitensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan.
·         Reaksi dan emosi masih labil.
·         Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri sesuai dengan dunia sosial.
·         Kecendrungan minat dan pilihan relatif sudah lebih jelas.
Dari pendapat-pendapat         diatas   dapat   disimpulkan     bahwa karakteristik siswa SMP kelas VIII memilki ciri antara lain pertumbuhan fisik yang cepat, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas, emosi yang meluap-luap, mulai tertarik dengan lawan jenis, menarik perhatian lingkungan, dan tertarik dengan kelompok. Hal ini dapat disederhanakan sebagai masa puberitas yang mempunyai banyak cirri yang unik.
Ditinjau dari kemampuan kognitif anak usia remaja awal tersebut di atas maka media pembelajaran berbentuk CD yang memuat materi tentang guling depan akan diterima siswa tanpa mengalami hambatan yang berarti.
D.    Rancangan Model
Desain produk
Potensi dan masalah
Untuk perancangan produk model latihan tendangan pencak silat dikutip dari Borg and Gall yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
Validasi desain
Uji coba pemakaian
Revisi desain

Revisi produk

Produksi Masal
Pengumpulan data
Uji coba produk
Revisi produk
 



 Gambar 2.9 Rancangan Model Pengembangan R&D Borg and Gall
1)        Potensi dan Masalah
Pertama kali yang ditentukan adalah sebuah ide-ide yang akan dikembangkan, R&D dapat berangkat dari potensi dan masalah yang ada di sekitar. Penentuan potensi masalah dalam model latihan tendangan pencak silat adalah berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan oleh peneliti  dilapangan  dengan melakukan teknik observasi dan wawancara dengan pelatih dan atlet, maka dapat disimpulkan latihan tendangan pencak silat  yang dilakukan masih masih monoton dan belum terciptanya suasana latihan yang aman, nyaman dan menyenangkan pada latihan tendangan pencak silat. Maka latihan tendangan pencak silat belum memberikan hasil yang memuaskan. Dari permasalah ini semua, peneliti berinisaitif untuk mengembangkan model latihan tendangan pencak silat.
2)        Pengumpulan Data
Mengumpulkan informasi; setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan. Pengumpulan data disini adalah mengkaji berbagai literatur atau  kajian pustaka yang berhubungan tentang konsep-konsep model yang akan dikembangkan sesuai dengan produk akan dibuat serta mengacu kepada analisis kebutuhan, telaah pakar dan uji coba lapangan.
3)        Desain Produk
Desain produk adalah hasil akhir serangkaian penelitian awal, dapat berupa rancangan kerja baru, atau produk baru. Dalam tahap ini peneliti membuat produk awal atau rancangan kerja baru berupa rangkaian model-model latihan tendangan pencak silat. Dalam proses pembuatan model latihan yang dikembangkan, peneliti dapat melakukan  konsultasi dengan para ahli agar dapat menghasilkan produk yang baik dan sempurna.
4)        Validasi Desain
Validasi desain adalah proses untuk menilai apakah rancangan kerja baru atau produk baru secara rasional lebih baik dan efektif dibandingkan dengan yang lama, dengan cara meminta penilaian dari ahli yang berpengalaman. Dalam tahap ini peneliti melakukan uji coba model yang telah dibuat. Pengumpulan hasil data dari uji coba model di lapangan menjadi pertimbangan bagi peneliti dan para ahli apakah model tersebut dapat diterima.
5)        Revisi Desain
Perbaikan desain produk setelah diketahui kelemahannya. Setelah peneliti melakukan uji coba model di lapangan dan di dapatkan data dari uji coba, peneliti melakukan konsultasi kembali kepada para ahli. Proses ini brerguna untuk melakukan perbaikan.
6)        Uji Coba Produk
Pada tahap ini merupakan uji coba utama produk yang telah di hasilkan dan sudah mendapat validasi ahli. Penilaian tentang hasil latihan tendangan pencak silat dilakukan sebelum dan sesudah proses latihan dengan menggunakan model latihan tendangan pencak silat yang telah dikembangkan.
7)        Revisi Produk
Tahap ini adalah tahap melakukan revisi kembali terhadap produk yang telah di uji cobakan. Revisi produk dapat berdasarkan pendapat dari para ahli serta hasil uji lapangan.
8)        Uji Coba Pemakaian
Setelah melalui beberapa tahapan, termasuk uji coba dan revisi produk. Peneliti dapat melakukan uji coba kembali untuk lebih mempersiapkan produk yang akan dihasilkan untuk produksi masal.
9)        Revisi Produk
Peneliti melakukan revisi terhadap produk akhir dari model latihan tendangan pencak silat berdasarkan saran dari para ahli dan data pada saat uji coba produk.
10)    Produksi Masal
Peneliti menyebarkan produk yang telah di hasilkan melalui pertemuan atau jurnal ilmiah. Peneliti dapat juga bekerja sama dengan penerbit untuk sosialisasi produk. 
1.    Operational product revision  (melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji coba lapangan utama).
2.    Operational field testing  (melakukan uji produk utama dengan subjek sebanyak 30-60 subjek dalam satu sekolah.
3.    Final product revision  (melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan)
4.    Dissemination and implementation (mendesiminasi dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit unuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontroll kualitas).


[1] Etta Mamang Sangadji. Metode Penelitian – Pendekatan Praktis dalam Penelitian. (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), h. 1
[2] Ibid. h. 1

[4] Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013) h. 223
[5] Sukmadinata. Ioc.cit. h.165
[6] Nusa Putra. Penelitian dan Pengembangan: Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015) h. 70-71
[7] I Made Tegeh, et. al. Model penelitian Pengembangan. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)
    h. 41
[8] Borg. W.R. & Gall, M. D. Educational Reseach and Introduction (New York: Longman,  
    1998), h. 163.
[9] Borg, W.R dan Gall, M.D. 1983. Educational Research An Introduction. New York: Longman. h. 775-776





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Tujuan Penelitian
Secara umum hasil dari penelitian pengembangan adalah menghasilkan produk baru yang nantinya akan dipakai dalam kegiatan melatih untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran guling depan serta mempermudah guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian pengembangan media pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guing depan untuk usia SMP secara khusus memilki beberapa tujuan diantaranya :
1.        Mengembangkan media pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan.
2.  Memperoleh data empiris tentang efektivitas dan efisiensi hasil pengembangan media pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan.
Tujuan akhir darikegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) ini adalah untuk menghasilkan produkmodel media  belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk siswa smp kelas VII yang dapat memberikan manfaat pada guru dan siswa dalam menerapkan materi latihan. Sehingga nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas model belajar mengajar di sekolah agar:
1)      Efektif, artinya dengan adanya pengembangan media belajar yang bervariatif dan berkualitas dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
2)      Efisiensi, maksudnya dimana dengan biaya dan waktu yang minimal sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dalam proses
3)      pembelajaran Menarik, artinya memiliki daya tarik sehingga siswa dapat termotivasi untuk memanfaatkannya.
B.  Tempat dan Waktu Penelitian
1.    Tempat dan Subyek Penelitian
       Penelitian ini dilaksanakan di Kab. Soppeng, Subyek penelitian adalah siswa SMP kelas VII.
2.    Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian dan pengembangan ini mengacu pada penelitian riset dan pengembangan dari Borg and Gall yang direncanakan selama dua bulan, dengan rincian sebagai berikut :
a)      Analisis Kebutuhan
b)      Perencanaan pengembangan media
c)      Pengembangan desain media pembelajaran
d)     Validasi para pakar dan revisi media pembelajaran
e)      Uji coba kelompok kecil dan revisi
f)       Uji coba lapangan dan revisi
C.  Karakteristik Model yang Dikembangkan
Pengguna yang menjadi sasaran dalam penelitian pengembangan media belajar pendidikan jasmani  olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk siswa kelas VIIadalah dengan karakteristik sebagai berikut:
1.    Sasaran penelitian
Pengguna yang menjadi sasaran dalam penelitian pengembangan media belajar pendidikan jasmani  olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk siswa kelas VII adalah dengan karakteristik sebagai berikut:
a.       Semua siswa kelas VII
b.      Siswa berusia sekitar 13-15 tahun (subjek homogen), ini diasumsikan agar dapat mempermudah pelaksanaan uji coba produk.  
2.    Subjek penelitian
Teknik pengambilan subyek yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan sampling jenuh/sensus, yang dikenal juga sebagai semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
D.  Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian pengembangan media belajar pendidikan jasmani  olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk siswa kelas VII ini menggunakan model penelitian dan pengembangan (Research and Development) dari Borg dan Gall yang terdiri dari sepuluh langkah dalam penelitianyakni antara lain:[47]
(1)           Research and information collecting (2) Planning (3) Development of the preliminary from of product(4) Preliminary field testing  (5) Main product revision (6) Main field test. (7) Operational product revision  . (8) Operational field testing  (9) Final produk  (10) Dissemination and implementation.

Pada penelitian dan pengembangan ini tentunya diharapkan akan menghasilkan sebuah produk yang dapat digunakan untuk media belajar pendidikan jasmani  olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk siswa kelas VII dengan desain model baru atau menyempurnakan yang telah ada secara lengkap sehingga bisa dijadikan sumber belajar lain dalam proses latihan. Untuk mempermudah sistematika peneliti maka akan digambarkan menggunakan chart mengenai langkah-langkah penelitian pengembangan yang digunakan oleh peneliti berdasarkan langkah-langkah penelitian oleh Borg dan Gall:
The major steps in the R & D cycle used to develop minicourses are as follows:
1.    Research and Information Collecting – Includes review of literature,class-room observations, and preparation of report of state of the art.
2.    Planning – Includes defining skills, stating objectives determining course sequence, and small scale feasibility testing.
3.    Develop Preliminary form of Product – Includes preparation of instructional materials, handbooks, and evaluation devices.
4.      Preliminary Field Testing – Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 – 12 subjects. Interview, observational and questioner data collected and analyzed.
5.    Main Product Revision – Revision of product as suggested by the preliminary field-test result.
6.    Main Field Testing – Conducted in 5 to 15 schools with 30 – 100 subjects. Quantitative data on subjects precourse and postcourse performance are collected. Result are evaluated with respect to course objectives and are compared with control group data, when appropriate.
7.    Operational Product Revision – Revision of product as suggested by main field-test result.
8.    Operational Field Testing – Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects. Interview, observational and questionnaire data collected and analyzed.
9.    Final Product Revision – Revision of product as suggested by operational field-test results.
10.Disseminationand Implementation – Report on product at professional meetings and in journals. Work with punlisher who assumes commercial distribution. Monitor distribution to provide quality control

Berdasarkan chart di atas langkah-langkah penelitian sebagai berikut:
1.    Research and information collecting(Melakukan penelitian pendahuluan, kajian pustaka, pengamatan lapangan) untuk mengidentifikasi permasalahan yang dijumpai di lapangan.
2.    Planning (melakukan perencanaan berupa identifikasi, definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan tes,  uji ahli, uji coba skala kecil, dan uji coba kelompok besar)
3.    Development of the preliminary from of product(mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi, penyusunan buku/modul/video dan perangkat evaluasi)
4.    Preliminary field testing  (melakukan uji coba lapangan tahap awal dari 1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek, pengumpulan data ini menggunakan lembar observasi, lembar kuisioner dan wawancara serta dilanjutkan dengan analisis data).
5.    Main product revision (melakukan revisi produk berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji coba lapangan tahap awal)
6.    Main field testing (melakukan uji lapangan utama 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek)
7.    Operational product revision  (melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji coba lapangan utama).
8.    Operational field testing  (melakukan uji produk utama dengan subjek sebanyak 40-200 subjek atau 10 sampai 30 sekolah.
9.    Final product revision  (melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan)
10. Disseminationand implementation (mendesiminasi dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit unuk sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontroll kualitas).
E.     Langkah-Langkah Pengembangan  Model
Proses selanjutnya adalah menentukan langkah-langkah tahapan penelitian yang akan dilakukan. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan Borg and Gall meliputi:
1)      Studi Pendahuluan (Penelitian dan pengumpulan data). Pengukuran kebutuhan, studi literature, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2)      Perencanaan penelitian. Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
3)      Pengembangan produk awal. Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrument evaluasi.
4)      Uji coba lapangan awal (terbatas).
5)      Revisi hasil uji lapangan terbatas.
6)      Uji lapangan lebih luas.
7)      Revisi hasil uji lapangan.
8)      Uji kelayakan.
9)      Revisi hasil uji kelayakan.
10)  Diseminasi dan sosialisasi produk akhir.

a.        Revisi Produk
Setelah produk awal diujicobakan pada uji coba kelompok kecil maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi berdasarkan masukan dan catatan lapangan.
b.        Uji Coba Kelompok Besar (Field Try-out)
Kegiatan selanjutnya dalam penelitian ini adalah menguji coba media pembelajaran pada subyek uji coba yang menjadisasaran penelitian. Uji coba lapangan ini dilakukan pada peserta ekstrakurikuler.
Langkah-langkah uji coba ini meliputi:
1)        Penjelasan tentang konsep produk kepada subyek (siswa).
2)        Meminta siswa untuk melihat video materi rol depan .
3)        Meminta siswa melakuakn roll depan setelah melihat contoh vidio animasi materi rol depan.
4)        Meminta siswa untuk memberikan tanggapan mengenai produk tersebut, melalui instrumen kuesioner.
c.         Revisi Produk
Setelah pelaksanaanujicoba pada uji coba kelompok besar maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi berdasarkan masukan dan catatan lapangan.
1.      Uji Efektifitas
Uji coba ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui apakah desain media telah diterapkan dengan baik dan benar oleh guru, dan (2) seberapa efektifkah hasil penerapan medial terhadap tujuan penelitian ini. Dengan demikian pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari efektifitas tersebut dengan rancangan penelitian praeksperimen berbentuk the one group pretest-posttest design.[48]
Sebelum melakukan uji coba, produk terlebih dahulu di konsultasikan kepada ahli materi dan ahli media. Setelah mendapatkan saran maka perlu melakukan revisi 1. Setelah produk direvisi dan dinyatakan layak untuk di uji coba, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba. Dengan uji coba ini diharapkan mampu menemukan kelemahan, kekurangan, kesalahan, dan saran-saran perbaikan sehingga menghasilkan produk yang valid dan layak untuk dipergunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.
   Desain uji coba yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini meliputi dua tahap yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji coba kelompok kecil melibatkan 10 siswa. Dari 10 siswa ini memiliki
        kemampuan yang berbeda dari siswa kurang pintar, sedang, dan pintar. Uji coba kelompok besar (lapangan) melibatkan 30 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui dan mengantisipasi hambatan ataupermasalahan awal yang muncul ketika produk tersebut digunakan. Data hasil uji coba tersebut digunakan sebagai acuan untuk merevisi produk.
2.Implementasi Model
Implementasi produk hasil akhir penelitian riset dan pengembangan media pembelajaran berupa pengembangan baru media pembelajaran penjas olahraga dan kesehatan materi guling depan dapat dipergunakan dalam pengembangan baru mmedia pembelajaran setelah kelayakan dan keefektifan  media pembelajaran guling depan tersebut dalam beberapa periode tertentu sebagai bahan pertimbangan apakah media pembelajaran audio visual diteruskan atau dianalisa sebagai pertimbangan baru dalam menyempurnakan kembali.
F.     Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
a.       Observasi yang dilakukan pada awal sebelum produksi media (kegiatan praktek mengajar) dan dilakukan ketika penggunaan media dikelas maupun di lapangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan media oleh pendidik dan peserta didik sudah benar dan peserta didik tertarik dalam penggunaannya.
b.      Angket yang terdiri dari hasil uji kelayakan ahli materi, ahli media, dan siswa berupa kuisioner dan lembar evaluasi yang dibuat oleh Nur Rohmah Muktiani tahun 2008.
c.       Wawancara yang dilakukan sebelum melakukan penelitian (selama wktu praktek mengajar) untuk mengidentifikasikan masalah yang ada dilapangan. Wawancara ini dilakukan kepada pendidik dan peserta didik. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui tanggapan dan masukan dari pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

Ketentuan :
Rerata skor ideal (Xi)   :  ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal ).
Simpangan baku skor ideal (SBi)        :  1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
Berdasarkan hasil konversi skor ke nilai maka didapat nilai produk media pembelajaran yang sedang dikembangkan.




PRODUK YANG DIBUAT ADALAH BERUPA MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN OLAHRAGA MATERI GUING DEPAN BERBASIS VIDEO
           





[47] Borg. W. R & Gall, M. D, Educational Research An Introduction (New York : Longman, 
  1983), h. 775
[48]Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 101



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proposal Penelitian PTK