Proposal Penelitian R&D
PENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI
OLAHRAGA DAN KESEHATAN MATERI GULING DEPAN UNTUK SMP KELAS VII
PROPOSAL PENELITIAN

DI SUSUN OLEH:
Kelompok 2
-
Fajri
Rezkiana Saleh (1631040034)
-
Nur
Afni (1631040036)
-
Zulkifli
S (1631040032)
-
Syamsul
Rijal (1631040009)
-
Achmad
Raihan J (1631040048)
-
Wahyu
Ilaihi Syam (16310400 )
-
Nurmansyah (1631040004
PENDIDIKAN JASMANI
KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
Kata pengantar
Bismilllah Ar-Rahman Ar-Rahim Wasalahtu Wassalamu alaRasulillah Wa’ala
aalihi
Puji syukur pada Allah SWT.
Karena limpahan kasih sayangnya yang terus mengalir kepada umat manusia,
khususnya pada penulis, dalam bentuknya yang unik dan mengagumkan. Karena
kuasanya pula karya tulis ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada teladan kita Nabi
Muhammad SAW. Juga pada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya sampai
ahir zaman.
Sebagai manusia, tentunya
tidak terlepas dari salah dan hilaf. Begitu juga penelitian yang ditulis pada
karya tulis ini, didalamnya terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
sengaja, oleh karna itu, peneliti terbuka terhadap saran dan kritik yang
menbangun dari siapapun, yang akan
menjadi catatan dan perhatian untuk memperbaiki dan mengembangkannya agar
mendekati kesempurnaan. diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
peneliti sendiri.
Makassar
, 20 maret 2019
Penulis
PENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN
JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN MATERI GULING DEPAN UNTUK SMP KELAS VII
ABSTRAK
Tujuan
dari penelitian dan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan pengembangan
media belajar yang interaktif pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada
materi guling depan untuk SMP kelas
VII. Selain itu, penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk memperoleh
informasi secara mendalam tentang pengembangan dan penerapan media pembelajaran
olahraga
untuk pemula usia
sekolah menengah pertama dan mengetahui efektivitas, efisiensi serta daya tarik
anak terhadap model yang dibuat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
pengembangan Research & Development (R & D) dari Borg and Gall. Subyek
dalam penelitian dan pengembangan ini adalah siswa SMP kelas VII.
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah angket, kuisioner,
serta instrumen test melakuakn guling depan usia SMP, adapun tahapan dalam
penelitian dan pengembangan ini adalah, pada tahap: (1) analisis kebutuhan, (2)
evaluasi ahli (evaluasi produk awal); (3) ujicoba terbatas (ujicoba kelompok kecil); dan (4) ujicoba utama (field
testing).
Berdasarkan
hasil pengembangan dapat disimpulkan bahwa: (1) Dengan model pengembangan media
belajar pada materi guing depan usia SMP dapat dikembangkan dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah (2) Dengan model pengembangan
media belajar materi gulng depan untuk anak usia SMP kelas VII yang telah
dikembangkan, diperoleh bukti adanya peningkatan ini di tunjukan pada hasil
pengujian data hasil pretes dan posttest adanya perbedaan yang signifikan
antara sebelum dan sesudah adanya perlakuan model.
Keywords: Pengembangan, Media ,
Guling Depan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
ABSTRAK........................................................................................ ii
DAFTAR ISI.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 1
A.
Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 1
B.
Fokus Masalah.............................................................................................................. 5
C.
Rumusan Masalah....................................................................................................... 5
D.
Tujuan Penelitian......................................................................................................... 6
E.
Manfaat Penelitian........................................................................................................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA.......................................................... 9
A.
Konsep Pengembangan Model.................................................................................... 9
B.
Konsep Model Yang
Dikembangankan .................................................................... 18
C.
Kerangka Teoretik........................................................................................................ 21
D.
Rancangan Model......................................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN...................................... 39
A.
Tinjauan Penelitian...................................................................................................... 39
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian ................................................................................... 40
C. Karakteristik Model yang
Dikembangkan................................................................ 41
D.
Pendekatan
dan Metode Penelitian ............................................................................ 41
E.
Langkah-Langkah
Pengembangan Model............................................................... 45
F.
Pengumpulan
Data dan Analisis Data....................................................................... 48
PRODUK
YANG DIBUAT ........................................................... 50
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan (penjas) merupakan salah satu kelompok mata
pelajaran dalam sistem kurikulum pendidikan nasional diIndonesia. Menurut
Depdiknas (2006) tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, cakupan materi kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan dimaksutkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap
sportif, disiplin, kerjasama, dan hidup sehat. Kemudian didalam teknik
penilaiannya mata pelajaran Pendidikan JasmaniOlahraga dan Kesehatan mengacu
pada tiga aspek penilaian yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor peserta
didik. Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang
teratur, terencana, terarah dan terbimbing diharapkan dapat merubah perilaku
peserta didik serta dapat mencapai seperangkat tujuan yang meliputi pembinaan
dan pembentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan jasmani peserta didik.
Tugas dan
kewajiban seorang guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan diantaranya
adalah mengatur, mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk mencapai
seperangkat tujuan dari Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan itu sendiri
dan juga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dengan melibatkan
peserta didik aktif dalam mengikuti setiap proses pembelajaran yang dilakukan.
Menurut Arief S.
Sadiman dkk (1996 : 16) bahwa dengan menggunankan media dapat diatasi sikap
pasif anak didik karena media dapat berguna untuk menimbulkan gairah belajar,
memungkinkan interaksi langsung, dan memungkinkan peserta didik belajar
mandiri. Dengan adanya media diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran serta mempermudah guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Senam lantai
merupakan salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP. Materi senam lantai ini diberikan dalam
bentuk materi-materi teori dan praktek, dalam kegiatan pembelajaranya, peserta
didik diharapkan menguasai berbagai rangkaian gerakan dasar sesuai dengan
materi yang diajarkan pada tiap semester dan tingkatan tertentu.
Berdasarkan
pengamatan dan hasil wawancara kepada guru dan peserta didik di lapangan
menemukan persepsi peserta didik banyak yang memandang bahwa mata pelajaran ini
adalah mata pelajaran yang membutuhkan perhatian khusus dalam mengikuti
kegiatan pembelajaranya. Di sisi lain banyak peserta didik yang menganggap
bahwa mata pelajaran ini sulit mendapatkan hasil yang memuaskan karena dalam
kegiatan pembelajarannya, peserta didik diharuskan mampu menguasai rangkaian
gerakan dasar senam lantai. Selain itu, dalam pembelajaran senam lantai ini
peserta didik juga diajarkan cara melakukan rangkaian gerakan melalui teori dan
praktek secara langsung yang diajarkan oleh guru. Materi senam lantaiantara
lain meliputi ; Pengertian senam, perkembangan senam, manfaat senam, dan teknik
dasar senam lantai.
Kurang
efektifnya pembelajaran terlihat ketika peserta didik hanya bergantung kepada
guru dengan metode pembelajaran konvensional sehingga menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Kenyataan lain yang
ditemukan di lapangan adalah bahwa tidak semua guru Penjas menguasai semua
materi dan mampu mendemonstrasikan kepada peserta didik. Hal itu disebabkan
karena keterbatasan pengetahuan maupun karena keterbatasan fisik (usia) yang
sudah tidak memungkinkan untuk melakukan gerakan-gerakan seperti guling depan.
Dari hasil
pengamatan secara nonformal di atas dapat diketahui pentingnya dikembangkan
sebuah media pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
pembelajaran serta menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pembelajaran
konvensional dalam penyampaiannya lebih cenderung dalam bentuk kata-kata,
tertulis atau lisan yang menyebabkan kurang menarik bagi peserta didik. Menurut
Arief S. Sadiman, dkk. (1996 : 16) penggunaan media pembelajaran dapat
memperjelas penyajian materi agar tidak bersikap verbalistis. Media pembelajaran
sangat beraneka ragam jenisnya. Menurut Cecep Kustandi (2013 : 29) media
pembelajaran dapat dikelompokan menjadi empat kelompok yaitu (1) media
teknologi cetak, (2) media teknologi audio visual, (3) media hasil teknologi
berbasis komputer, (4) gabungan teknologi cetak dan komputer. Dari keempat
jenis media tersebut media akan lebih maksimal apabilka menggunakan gabungan
dari teknologi cetak dan komputer karena didalamnya mengandung beberapa bentuk
media yang dikendalikan komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini
dianggap teknik yang paling canggih apabila dikendalikan oleh komputer.
Media
pembelajaran yang dapat digunakan peserta didik untuk belajar mandiri adalah CD
(Compact Disk) pembelajaran. Materi senam lantai mata pelajaran Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi dapat dikemas di dalam CD (Compact Disk)
pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran seperti ini diharapkan mampu
membantu peserta didik untuk belajar mandiri dan juga meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang disampaikan didalamnya. Bagi guru media ini dapat
digunakan sebagai bentuk pengembangan dari media pembelajaran yang berbentuk
buku paket/handout. yang dapat membantu mempermudah penyampaian materi guling
depan
Program
(software,aplikasi) yang dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran
adalah Lectora Inspire yang dikeluarkan oleh salah satu perusahaan Trivantis
Corporation. Menurut Arip Febrianto (2013: 10) Software ini dapat digunakan
untuk membuat, merancang dan menjalankan program yang nantinya digunakan
sebagai media pembelajaran.
Keunggulan lain
dari software ini antara lain mudah dalam pembuatan dan mudah dalam
penggunaanya, sehingga tidak sulit bagi guru untuk mendesain media
pembelajaran. Sebagian guru sangat minim dalam memanfaatkan mediamedia
pembelajaran terutama media pembelajaran yang berbasis komputer.
Namun dengan
media pembelajaran yang dirancang menggunakan Lectora Inspire ini cukup mudah
dibuat juga digunakan.
Dari
permasalahan diatas, mengingat begitu pentingnya materi guling depan serta
kendala yang dialami di dalam pembelajaran terkait media, maka sangatlah
diperlukan suatu pengembangan media yang dapat mengakomodasi kebutuhan peserta
didik yang mampu meningkatkan pemahaman serta motivasi dalam belajar. Oleh
karena itu peneliti ingin mencoba mengembangkanmedia pembelajaran interaktif
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan berbasis lectora inspire materi
guling depan untuk SMP kelas VII.
B.
Fokus
Masalah
Fokus permasalahan pada penelitian ini adalah
pengembangan media belajar pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan untuk SMP kelas VII.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah
penelitian. Masalah yang akan diteliti dalam dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana
pengembangan media pembelajaran interaktif Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan berbasis video materi guling depan untuk SMP kelas VII?
2. Apakah
pengembangan model dapat efektif dalam materi guling depan?
D.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
yang ingin dicapai dari peelitian ini adalah:
1. Untuk
menghasilkan sebuah media pembelajaran Interaktif Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan dalam bentuk CD (Compact Disk) materi guling depan untuk SMP
kelas VII.
2. Untuk
mengetahui apakah pengembangan model dapat efektif dalam materi guling depan
E.
Manfaat
Penelitian
Hasil Penelitian
berupa produk media pembelajaran dalam bentuk CD(Compact Disk) pembelajaran ini
diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, baik secara teoritis maupun
praktis.
1.
Teoritis
a. Memberikan
sumbangan bagi perkembangan pengetahuan khususnya dalam bidang Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan,
b. Dapat dijadikan kajian penelitian selanjutnya,
sehngga hasilnya lebihmendalam.
c. Secara
tidak langsung membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang
berpengetahuan dalam menghadapi era digital.
2. Praktis
a. Bagi
Guru
1) Memperoleh
media pembelajaran yang lebih variatif bagi gurudan sekolah.
2) Memotivasi
pendidik untuk memanfaatkan media pembelajaranberbasis teknologi komputer.
3) Informasi
ini nantinya bisa dijadikan bahan masukan dalam upayameningkatkan proses
pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahrag dan Kesehatan yang lebih baik.
b. Bagi Peneliti
1) Menambah
wawasan mahasiswa untuk dapat berfikir secara kritisdan sistematis dalam
menghadapi permasalahan yang terjadi.
2) Menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam praktekpembelajaran lapangan.
3) Menambah
keterampilan dalam membuat dan mendesain mediapembelajaran yang berbasis
komputer.
4) Menambah
pengetahuan dan melatih kemampuan kerja ilmiahatau praktek penelitian mahasiswa
karena aplikasi dari penelitianini mengarah pada sebuah penelitan tinndakan.
5) Menumbuh
kembangkan kultur pembelajaran yang inovatif dankreatif melalui pembuatn media
pembelajaran.
6) Sebagai media untuk mengimplementasikan ilmu
dan teori-teoriyang telah didapatkan selama proses belajar.
c. Bagi
Peserta Didik
1) Adanya media ini memberikan kemudahan bagi
peserta didikdalam belajar dan memahami materi yang diajarkan.
2) Meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar peserta didik dalammata pelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatanterutama pada materi teknik dasar senam lantai.
3) Media pembelajaran ini dapat dignakan untuk
mendukung prosespembelajaran peserta didik sebagai sumber belajar mandiri.
4) Media
pembelajaran ini diharapkan dapat memberikanpengalaman merarik bagi peserta
didik dalam pembelajaranPendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A. KONSEP
PENGEMBANGAN MODEL
` Penelitian merupakan kegiatan ilmiah
untuk memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah.[1]
Penelitian dapat pula diartikan sebagai pengetahuna yang diperoleh berupa
fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang memungkinkan manusia dapat
memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapi.[2] Penelitian pada
dasarnya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk mencari jawaban dari
pertanyaan yang ada atau untuk memecahkan masalah yang dilakukan dalam
penerapan metode ilmiah, dimana metode tersebut menggambarkan langkah-langkah
untuk mengumpulkan data dan informasi secara sistematis. Adapun bentuk-bentuk
dari penelitian tersebut diantaranya yakni penelitian kuantitatif, penelitian
kualitatif, penelitian evaluasi, penelitian tindakan serta penelitian dan
pengembangan (Research and Development). Dari beberapa jenis penelitian
tersebut, penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
pengembangan (Research and Development).
Kemudian
menurut Sukmadinata penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau
langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan
produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.[3] Untuk dapat
mengembangkan sebuah produk, langkah awal yang harus dipahami oleh peneliti
adalah menganalisa apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sekarang. Karena
dengan kita menganalisa kebutuhan tersebut, ini akan memberikan gambaran
tentang masalah yang ada dari sekelompok masyarakat. Dengan menganalisis
kebutuhan yang yang dibutuhkan masyarakat, peneliti akan dapat mengetahui
produk apa akan di kembangkan sehingga bisa bermanfaat nantinya di masyarakat
luas.
Setyosari
mengatakan penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti suatu
langkah-langkah siklus.[4]
Langkah-langkah proses penelitian dan pengembangan menunjukkan suatu siklus, di
awali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan
menggunakan suatu produk tertentu.[5]
Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk menghasilkan
produk-produk untuk kepentingan tertentu yang diawali dengan analisis kebutuhan
kemudian dilanjutkan dengan pengembangan produk dan uji coba kelompok, setiap
uji kelompok selalu dilakukan revisi untuk melihat kekurangan dan kelemahan
produk yang dikembangkan. Penelitian pengembangan bukanlah untuk merinci dan
menerapkan intervensi yang lengkap, tetapi untuk meningkatkan dan menyesuaikan
kebutuhan dan aspirasi yang inovatif. R&D menekankan produk yang berguna
atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan inovasi
dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Inovasi dan kemungkinan pemanfaatannya
menjadi ciri penentu yang sangat penting.[6]
Dalam hal ini yang akan dikembangkan adalah pengembangan model
pembelajaran media berbasis video pada
materi roll depan untuk siswa SMP.
Berikut beberapa model yang sering digunakan dalam penelitian dan pengembangkan
sebuah media pembelajaran diantaranya :
1. Model
Pengembangan ADDIE
Model pengembangan yang dapat
digunakan dalam penelitian dan pengembangan (research and development) cukup beragam.
Salah satu model pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian
pengembangan adalah model ADDIE
(Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation).[7]
|
ANALYZE
|
|
IMPLEMENT
|
|
EVALUATE
|
|
DESIGN
|
|
DEVELOP
|
Gambar
2.4 Model ADDIE
Sumber
: I Made Tegeh, Model Penelitian Pengembangan
(Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2014) h. 42
Pemilihan model ini didasari atas
pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada
landasan teoritis desain pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram
dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah
belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik pembelajaran. Model ADDIE memberi peluang untuk melakukan
evaluasi terhadap aktivitas pengembangan pada setiap tahap. Hal ini berdampak
positif terhadap kualitas produk pengembangan. Dengan demikian, tahap kelima model ini, yakni tahap evaluasi
merupakan tahap evaluasi terhadap kesatuan atau keseluruhan produk pengembangan
berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
2. Model
Pengembangan Borg and Gall
Model
pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti tercantum
pada gambar 2.5 berikut.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Research and information
|
|
Planning
|
|
Develop
preminary form of product
|
|
Preminary
field testing
|
|
Main
product revision
|
|
Main
field testing
|
|
Operational
product revition
|
|
Operatinal field testing
|
|
Final
product revision
|
|
Dissemination
and implementation
|
Gambar
2.5 Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D),Bord
and Gall
Menurut
Borg & Gall ada 10 tahap yang harus dilalui dalam R & D, tahap-tahap
penelitian yang dikemukakan oleh Borg & Gall adalah:[8]
1.
Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)
Langkah
pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi
literatur,penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
a)
Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada
beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan hal
yang penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan, pengetahuan dan
pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk
mengembangkan produk tersebut cukup?
b)
Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap
produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan
temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk
yang direncanakan.
c)
Riset skala kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa
dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya
pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal
tentang produk yang akan dikembangkan.
2.
Merencanakan Penelitian (Planning)
Setelah
melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah kedua, yaitu
merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi: a)
merumuskan tujuan penelitian; b) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; c)
merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam
penelitian.
3.
Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)
Langkah
ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan (desain
hipotetik); b) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan
selama proses penelitian dan pengembangan; c) menentukan tahap-tahap
pelaksanaan uji desain di lapangan; d) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian.
4.
Uji Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)
Langkah
ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a) melakukan
uji lapangan awal terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik substansi
desain maupun pihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan awal dilakukan secara
berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi.
5.
Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)
Langkah
ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapanganterbatas.
Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji cobalapangan
secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebihbanyak dilakukan
dengan pendekatan kualitatif.Evaluasi yang dilakukan lebihpada evaluasi
terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifatperbaikan internal.
6.
Uji Lapangan Utama (Main Field Test)
Langkah
merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a)melakukan uji
efektivitas desain produk; b) uji efektivitas desain, pada umumnya,menggunakan
teknik eksperimen model penggulangan; c) Hasil uji lapangan adalah diperoleh
desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
7.
Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)
Langkah
ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas
dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan
lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada
tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol.
Desain yang digunakan adalah pretest dan post test. Selain perbaikan yang
bersifat internal, penyempurnaan produk ini di dasarkan pada evaluasi hasil
sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
8.
Uji Kelayakan (Operational Field Testing)
Langkah
ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: a) melakukan uji efektivitas dan
adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan adabtabilitas desain
melibatkan para calon pemakai produk; c) hasil uji lapangan adalah diperoleh
model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun metodologi.
9.
Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)
Langkah
ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan. Penyempurnaan
produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan.
Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai
“generalisasi” yang dapat diandalkan.
10.
Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)
Memberikan/
menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui
mediamassa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui quality
control.Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan
pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran Research and Development menurut
Borg and Gall terdiri atas:
(a)
meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
(b)
mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
(c)
uji lapangan
(d)
mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.
Model-model
dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan. Secara umum perbedaan
model-model tersebut terletak pada, penggunaan istilah dari setiap tahap pada
proses pengembangan. Penggunaan expert judment selama proses pengembangan Penggunaan
unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detail
sehingga terlihat kompleks.
Sedangkan
persamaannya terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh suatu sistem
umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga memungkinkan adanya
perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama dikembangkan.
Pengembangan
model latihan diawali dengan menganalisis secara detail literatur keilmuan
berdasarkan cabang olahraga. Kemampuan teknik dan taktik atlet juga harus
dievaluasi untuk melihat area kelemahan untuk dialamatkan pada model latihan.
Pada konsep pengembangan bentuk latihan ini peniliti ingin meningkatkan
keterampilan teknik tendangan pencak silat pada atlet lanjutan. Atlet lanjutan
dalam hal ini adalah atlet Porprov kabupaten Jembrana dengan teknik tendangan
yang dilatih meliputi tendangan lurus, tendangan sabit, tendangan T, dan
tendangan belakang. Dengan masing-masing tendangan menggunakan variasi dan
model latihan yang berbeda-beda.
Dalam
penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg & Gall dimana model
pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail dan analisis
tugas yang diuraikan Borg & Gall tersusun secara terperinci dan tujuan
khusus secara jelas, serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat
memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini
adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan
rivisi akan dilaksanakan setelah diadakan tes.
Penelitian
dan pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk membantu
dalam mengembangkan model latihan yang lebih bermanfaat dan variatif untuk
diterapkan. Pelaksanaan penelitian akan dimulai dari tahap awal yaitu potensi
dan masalah, hingga pada tahap kesembilan yaitu revisi produk setelah uji coba
pemakaian. Adapun yang melatar belakangi pembatasan tahap peneltitian dan
pengembangan adalah terkait dengan faktor tenaga, biaya, serta waktu yang
diperluakan dalam produksi massal/desiminasi model.
B.
Konsep
model yang dikembangankan
Model-model
yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian ini akan menggunakan model
pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap
demi tahap secara detail, dan model ini juga memungkinkan kelompok belajar
menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe pembelajaran
yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model Borg dan
Gall tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara hierarkis
serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil sistem
yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji coba tidak
diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru
dilaksanakan setelah diadakan tes formatif.
Model
pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, chart mengenai
langkah-langkah penelitian pengembangan yang digunakan oleh peneliti
berdasarkan langkah-langkah penelitian oleh Borg dan Gall, the major steps in
the R & D cycle used to develop minicourses are as follows:
1. Research
and Information Collecting – Includes review of literature,class-room
observations, and preparation of report of state of the art.
2. Planning
– Includes defining skills, stating objectives determining course sequence, and
small scale feasibility testing.
3. Develop
Preliminary form of Product – Includes preparation of instructional materials,
handbooks, and evaluation devices.
4. Preliminary
Field Testing – Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 – 12 subjects.
Interview, observational and questioner data collected and analyzed.
5. Main
Product Revision – Revision of product as suggested by the preliminary
field-test result.
6. Main
Field Testing – Conducted in 5 to 15 schools with 30 – 100 subjects.
Quantitative data on subjects precourse and postcourse performance are
collected. Result are evaluated with respect to course objectives and are
compared with control group data, when appropriate.
7. Operational
Product Revision – Revision of product as suggested by main field-test result.
8. Operational
Field Testing – Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects.
Interview, observational and questionnaire data collected and analyzed.
9. Final
Product Revision – Revision of product as suggested by operational field-test
results.
10. Dissemination
and Implementation – Report on product at professional meetings and in
journals.
11. Work
with punlisher who assumes commercial distribution.
Model-model
dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan persamaan. Secara umum perbedaan
model-model tersebut terletak pada,
a) penggunaan
istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan.
b) Penggunaan
expert judment selama proses pengembanganPenggunaan unsur-unsur yang
dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat detail sehingga terlihat kompleks.
Sedangkan
persamaan dari keseluruhan terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan oleh
suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga
memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama
dikembangkan.
C.
Kerangka
Teoretik
1.
Media
a.
Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara
harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah pengantar pesan dari
pengirim ke penerima (Arif S. Sadiman, dkk. 1996 : 6). Sedangkan menurut Azhar
Arsyad (2011 : 3) bahwa kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima.
Media atau disebut dengan medium berfungsi
sebagai pengantar untuk menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima. Media
yang berisi pesan atau komunikasi seperti, televisi, film, foto, rekaman dan
sebagainya disebut sebagai media komunikasi tetapi media yang mengandung
informasi atau pesan-pesan yang bertujuan instruksional dan mengandung
maksud-maksud pembelajaran maka disebbut dengan media pembelajaran. Seperti
yang disampaikan Heinich dkk dalam Azhar Arsyad (2011 : 4) bahwa istilah medium
sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Menurut Hamidjojo dalam Arsyad (2011 : 4)
memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat agar sampai
kepada penerima.
Dari berbgai definisi media yang telah
disampaikan diatas secara garis besar media adalah perantara dan pembawa
informasi yang mengantarkan iformasi tersebut dari pengirim ke penerima.
b. Jenis-jenis Media
Menurut Azhar Arsyad (2011 : 29), berdasarkan
perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam empat
kelompok, yaitu :
1)
Media hasil teknologi cetak
Cara untuk menghasilkan atau menyampaikan
materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan
mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks,
grafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi. Teknologi ini
menghasilkan materi dalam bentuk salinan tercetak.
2)
Media hasil teknologi audio-visual
Cara menghasilkan atau menyampaikan materi
dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronok untuk menyajikan
pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran menggunakan perangkat keras, seperti
mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual yang lebar. Jadi
pengajaran ini adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui
pandangan dan pendengaran.
3)
Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
Cara penyampaian materi melalui sumber-sumber
yang berbasis mikro-prosesor. Informasi yang disampaikan dalam bentuk digital
bukan bentuk cetakan atau visual. Pada dasarnya teknologi berbasis computer ini
menggunakan layar kaca untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik.
4)
Media hasil gabungan teknologi cetak dan computer
Cara untuk menghasilakan dan menyampaikan
materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan
oleh komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang
paling canggih apabila dikendalikan oleh computer yang memiliki kemampuan yang
hebat seperti jumlah random acces memory yang besar, hard disk yang besar, dan
monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan peripheral (alat-alat tambahan
seperti videodisc player, perangkat keras untuk bergabung dalam satu jaringan,
dan sistem audio).
Menurut Agus S. Suryobroto (2001:17-22) Media
pembelajaran yang digunakan di Indonesia ada beberapa macam, yaitu; (1) Media
Grafis, media ini termasuk media visual seperti media lain yang berfungsi untuk
menyaurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Jenis-jenis media grafis antara
lain; gambar/foto, sketsa, diagram, kartun, poster, papan flannel, dan papan
bulletin. (2) Media Audio, media audio merupakan media yang berkaitan dengan
pendengaranatau suara. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambing auditif
baik verbal maupun non verbal. Jenisnya; radio, alat perekam pita magnetic, dan laboratorium bahasa. (3)
Media proyeksi diam; film bingkai, film rangkai, media transparansi, proyektor
tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televisi, permainan dan simulasi.
Taksonomi
menurut Rudy Bretz dalam
Arif S. Sadiman,
dkk. (1996 : 20) Bretz
mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga unsur pokok yaitu: suara,
visual dan gerak. Visual sendiri dibedakan menjadi tiga yaitu: gambar, garis (line grapihc) dan simbol yang merupakan
suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera pengelihatan. Bretz juga membedakan antara media
telekomunikasi dan media rekam sehingga terdapat 8 jenis kasifikasi media
yaitu: 1) media audio visual gerak, 2) media audio visual diam, 3) media audio
semi gerak, 4) media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi gerak,
7) media audio dan 8) media cetak.
Gagne dalam Arif S. Sadiman, dkk. (1996 : 23)
membagi media menjadi tujuh macam pengelompokan media. Pengelompokan tersebut
antara lain meliputi: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media
cetak, gambar diam, gambar gerak, didemonstrasikan, komunikasi lisan, media
cetak, gambar diam, gambar gerak, filem bersuara, dan mesin belajar. Ketujuh
kelompok media tersebut kemudian dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi
menurut tingkat hirarki belajar yang dikembangkan, yaitu: pelontar stimulus
belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasuk-alihkan
ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik.
Dewasa ini sangat beragam jenis media yang
beredar di masyarakat, salah satunya adalah media kominikasi. Media komunikasi
merupakan alat untuk menyalurkan pesan komunikasi dalam beragam bentuk seperti
audio, visual dan audiovisual. Media komunikasi dapat menyampaikan pesan-pesan
kounikasi seperti ceramah, cerita tulisan, gambar, symbol-simbol dan lain-lain
yang disalurkan melalui media yang sesuai dengan fungsinya seperti radio,
telepon, kaset rekaman, televisi, komputer, film, VCD, DVD, CD interaktif,
Multimedia, jaringan internet seperti blog,
website, email, facebook, elearning dan lain-lain.
Dari definisi jenis media diatas dapat
disimpulkan bahwa media terdiri dari berbagai macam baik cetak maupun
elektronik yang fungsinya tidak lain adalah untuk digunakan sebagai penunjang
dan berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penyampaian pesan.
1. Landasan Teoritis Penggunaan Media
Menurut Bruner dalam Cecep Kustandi, dkk. (2011
: 10 ), bahwa ada tiga tingkatan utama modus belajar yaitu:
1)
Pengalaman langsung (enactive)
2)
Pengalaman pictorial/gambar (iconic)
3)
Pengalamanabstrak (symbolic)
Dari
pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa pengalaman langsung adalah megerjakan,
misalnya arti kata “senang” dipahami dengan langsung membuat “senang” pada
tingkatan kedua yang disebut pengalaman pictorial/gambar (iconic), kata
“senang” dipelajari dari gambar, ataupun video. Selanjutnya pada tingkatan ke tiga (symbolic) peserata didik membaca atau mendengar kata “senang”
kemudian mencocokannya dengan pengalamanya membuat “senang”.
Salah satu gambaran yang paling banyak
dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses
pembelajaran adalah Dale‟s Cone of Experience (kerucut pengalaman Dale).
Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tingkatan pengalaman
yang dikemukakan oleh Burner sebagaimana diuraikan sebelumnya. Hasil belajar
seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret), kenyataan yang
ada dalam lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai
kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas di puncak kerucut semakin
abstrak meida penyampai pesan.
Dalam proses belajar dan interaksi mengajar
belajar tidak harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai
dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan bermakna mengenai
informasi dan gagasan yang tekandung dalam pengalaman itu, oleh karena itu
melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.
Ini juga dikenal dengan Learning By Doing.
2.
Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Garlech & Ely dalam Azhar Arsyad
(2011 : 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. AECT ( Asociation of Education
and Communication technologu. 1997) dalam Azhar Arsyad (2011 : 3) memberi
batasan tentang media sebagai bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi.
Media pembelajaran
merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran. Menurut Dina
Indriana (2011: 15-16), media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik
yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi
prestasi siswa terhadap tujuan pengajaran. Media pembelajaran sebagai alat bantu
pada proses belajar dapat digunakan di dalam maupun di luar kelas. Media
tersebut digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dengan siswa
dalam proses pembelajaran (Azhar Arsyad, 2006: 7).
Penggunaan
media pembelajaran dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
yang lebih baik seperti yang dikemukakan oleh John Latuheru (1988; 14), media
merupakan bahan, alat, atau tehnik yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi antara pendidik dan
peserta didik dapat berlangsung secara tepat guna.
Media
pembelajaran juga dikatakan sebagai wadah atau tempat dari materi dalam sebuah
proses pembelajaran (Rudi Susilana & Cepi Riyana, 2008:7). Maka dari itu,
media pembelajaran dijadikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat
menyalurkan pesan sehingga dapat membantu mengatasi beberapa permasalahan
pendidikan (Arief S. Sadiman, 2011: 14).
Dari
berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
semua bahan dan alat fisik yang digunakan untuk menyalurkan pesan, dapat
merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat
mendorong terciptanya proses belajar mengajar. Media pembelajaran juga
merupakan sarana komunikasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan yang
bertujuan instruksional dan atau mengandung maksud-maksud pengajarann yang
digunakan sebagai langkah mempermudah penyampaian informasi dari guru ke
peserta didik untuk kepentingan pembelajaran.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Metode mengajar
dan media pembelajaran merupakan dua unsur yang penting dalam proses
pembelajaran. Kedua aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi,
metode mengajar tertentu akan mempengaruhi media pembelajaran yang sesuai,
meskipun ada banyak hal lain yang mempengaruhi pemilihan media pembelajaran.
Fungsi utama media pembelajaran menurut Azhar Arsyad (2011 : 15) adalah sebagai
alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Kegunaan media dalam proses
belajar mengajar menurut Arif S. Sadiman, dkk. (1996 : 16) secara umum memiliki
kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
1)
Memperjelas pesan yang aan disampaikan agar tidak terlalu
verbalistis (kata-kata dan tulisan belaka)
2)
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang dan daya indera seperti:
a) Objek yang telalu besar dapat ditampilkan
dengan media.
b) Objek yang kecil dapat diperbesar dan
diperjelas dengan media seperti proyektor
micro dll.
c) Gerakan yang terlalu lambatatau terlalu cepat
dapat dibantu dengan timelapse, high
speed photography dll.
d) Kejadian sejarah yang terjadi di masa lau dapat
ditampilkan kembali dengan rekaman video, gambar maupun audio.
e) Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan
dengan bagan, model dll.
f) Konsep yang terlalu luas (bencana alam) dapat
disajikan dalam bentuk film.
1. Mengatasi sikap pasif peserta didik dengan cara
menggunakan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Kegunaan media
pembelajaran tersebut adalah untuk:
a. Menimbulkan gairah belajar.
b. Memberikan kemungkinan bagi peserta didik untuk
lebih dekat berinteraksi dengan lingkungan dan kenyataan.
c. Memungkinka peserta didik untuk belajar
mandiri.
2. Mengatasi masalah perbedaan karakter, latar
belakan, dan kemampuan siswa dengan:
a.
Memberikan rangsang yang sama.
b.
Mempersamakan pengalaman
c.
Menyamakan persepsi siswa.
Menurut Hamalik dalam Azhar
Arsyad (2011:15) mengemukakan bahwa media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan, minat,
motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap peserta didik. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu proses pembelajaran dan penyampaian
pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa media befungsi sebagai alat atau perantara
yang dapat mempermudah proses penyampaian materi secara lebih nyata dengan
menampilkan grafik, video maupun audio sesuai dengan kebutuhan.
Multimedia adalah alat bantu penyampai pesan
yang menggabungkan dua elemen atau lebih media, meliputi teks, gambar, grafik,
foto, suara, film dan animasi secara terintegrasi (Cecep Kustandi, dkk. 2011 :
68). Dari definisi media pembelajaran berbasis lectora inspire diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
media ini adalah menggunakan Lectora
Inspire sebagai software untuk menyajikan materi ajar dan menggunakan computer sebagai alat bantu untuk mengoperasikan media tersebut.
8. Senam Lantai
Senam lantai adalah materi mata pelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang disampaikan di kelas SMP maupun
SMA. Menurut kemendiknas (2013 : 173) Senam lantai adalah salah satu rumpun
dari senam. Sesuai dengan istilah lantai, maka gerakan-gerakan/bentuk
pembelajarannya dilakukan di lantai. Jadi, lantai/matraslah yang merupakan alat
yang dipergunakan. Senam lantai disebut juga dengan istilah pembelajaran bebas.
Oleh karena tidak mempergunakan benda-benda atau perkakas lain pada saat
menjalankannya.
Tujuan melakukan senam lantai selain untuk
meningkatkan kemampuan melakukan bentuk-bentuk gerakan senam lantai sendiri
juga sebagai pembelajaran pembentukan kemampuan untuk melakukan gerakan senam
dengan alat.
Senam adalah kegiatan utama yang paling
bermanfaat untuk mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak. Melalui
berbagai kegiatannya, peserta didik akan berkembang daya tahan otot, kekuatan
(power), kelentukan, koordinasi, kelincahan, dan keseimbangannya. Di samping
itu, program senam dapat pula menyumbang pengayaan perbendaharaan gerak pelakunya. Dasar-dasar
senam akan sangat baik untuk mengembangkan pelurusan tubuh, penguasaan dan
kesadaran tubuh secara umum, dan keterampilan-keterampilan senam. Contohnya,
meliputi berdiri dengan postur tubuh yang baik, menggantung dalam posisi
terbalik, serta menampilkan variasi gulingan berturut-turut.
Senam
lantai memiliki manfaat
mental dan sosial,
peserta didik dituntut untuk
berpikir sendiri tentang
pengembangan keterampilannya.
Untuk itu, peserta didik harus
mampu menggunakan kemampuan berpikirnya secara kreatif
melalui pemecahan masalah-masalah gerak. Dengan demikian peserta didik akan
berkembang kemampuan mentalnya.
9. Guling Depan (Roll Depan)
Gerakan guling depan (forward
roll) menurut Kemendikbud (2014:171-174) adalah gerakan mengguling atau
menggelinding ke depan membulat. Jadi dalam gerakan guling depan gerakan tubuh harus
dibulatkan. Pembelajaran guling depan dapat terbagi atas dua bagian yaitu :
1. Guling depan dengan sikap awal jongkok dan
guling depan dengan sikap awal berdiri.
Cara melakukan pembelajaran guling depan dari sikap awal jongkok
dan sikap awal berdiri menurut kemendikbud (2014: 174) adalah sebagai berikut
Sikap Awal Jongkok
a) Sikap awal jongkok, kedua kaki rapat, letakkan
lutut ke dada.
b) Kedua tangan menumpu di depan ujung kaki
kira-kira 40 cm.
c) Kemudian bengkokkan kedua tangan, letakkan
pundak pada matras dengan
menundukkan kepala,dan dagu sampai ke dada.
d) Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan
gerakan berguling ke depan.
e) Ketika panggul menyentuh matras, peganglah
tulang kering dengan kedua tangan menuju posisi jongkok.
Sikap Awal Berdiri
a. Sikap awal berdiri dengan kedua kaki rapat,
lalu letakkan kedua telapak tangan di atas matras selebar bahu, di depan ujung kaki
sejauh ± 50 cm.
b. Bengkokkan kedua tangan, lalu letakkan pundak
di atas matras dan kepala dilipat sampai dagu menempel bagian dada.
c. Selanjutnya dengan berguling ke depan, yaitu
saat panggul menyentuh matras lipat kedua kaki dan pegang tulang kering dengan
kedua tangan menuju ke posisi jongkok (Kemendiknas 2013: 174).
10. Karakteristik Anak SMP
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu
omponen manusiawi yang menempati posisi sentral.
Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua
transformasi yang disebut
pendidikan. Dalam tahap
perkembangannya, peserta didik
SMP diperkirakan berada pada tahap periode perkembangan usia 13-15 tahun. Menurut
Sukintaka (1991 : 64), anak
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) kira-kira berusia antara 13 – 15 tahun mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
1. Jasmani
2. Laki-laki ataupun putri ada pertumbuhan
memanjang.
3. Membutuhkan pengaturan istirahat yang baik.
4. Sering menampilkan kecanggungan dan koordinasi
yang kurang baik sering dilihatkan.
a)
Merasa mempunyai ketahanan dan sumber energi tak terbatas.
b)
Mudah lelah, tetapi tidak dihiraukan.
c)
Mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat.
d)
Anak laki-laki mempunyai kecepatan dan kekuatan otot yang lebih
baik dari pada putri. Kesiapan dan kematangan untuk keterampilan bermain
menjadi baik.
b. Psikis atau mental
a) Banyak mengeluarkan energi untuk fantassinya.
b) Ingin menentukan pandangan hidupnya.
c) Mudah gelisah karena keadaan yang remeh.
c.Sosial
a) Ingin tetap diakui oleh kelompoknya.
b) Mengetahui moral dan etik dari kebudayaannya.
c) Persekawanan yang tetap makin berkembang.
d. Keterampilan motorik
1. Keterampilan gerak telah siap untuk diarahkan
kepada permainan besar atau olahraga prestasi. Sedangkan menurut Desmita (2010
: 36), karakteristik masa usia SMP ada 8 diantaranya :
·
Terjadi ketidakseimbangan proporsi antara tinggi dan berat badan.
·
Mulai timbulnya ciri-ciri sexs
skunder.
·
Kecendrungan ambivalens,
antara keinginan menyendiri dan keinginan bergaul serta keinginan untuk bebas
dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan orang tua.
·
Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika dengan
kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
·
Mulai mempertanyakan secara skeptic
mengenai eksitensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan.
·
Reaksi dan emosi masih labil.
·
Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri sesuai dengan dunia sosial.
·
Kecendrungan minat dan pilihan relatif sudah lebih jelas.
Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik siswa SMP kelas VIII memilki ciri antara lain pertumbuhan fisik
yang cepat, perkembangan seksual, cara berpikir kausalitas, emosi yang
meluap-luap, mulai tertarik dengan lawan jenis, menarik perhatian lingkungan,
dan tertarik dengan kelompok. Hal ini dapat disederhanakan sebagai masa
puberitas yang mempunyai banyak cirri yang unik.
Ditinjau dari kemampuan kognitif anak usia
remaja awal tersebut di atas maka media pembelajaran berbentuk CD yang memuat
materi tentang guling depan akan diterima siswa tanpa mengalami hambatan yang
berarti.
D.
Rancangan Model
|
Desain produk
|
|
Potensi dan masalah
|
|
Validasi desain
|
|
Uji coba pemakaian
|
|
Revisi desain
|
|
|
|
Revisi produk
|
|
|
|
Produksi Masal
|
|
Pengumpulan data
|
|
Uji coba produk
|
|
Revisi produk
|
Gambar 2.9 Rancangan Model
Pengembangan R&D Borg
and Gall
1)
Potensi
dan Masalah
Pertama kali yang ditentukan adalah sebuah ide-ide yang
akan dikembangkan, R&D dapat berangkat dari
potensi dan masalah yang ada di sekitar. Penentuan potensi masalah dalam model
latihan tendangan pencak silat adalah
berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan oleh peneliti dilapangan
dengan melakukan teknik observasi dan wawancara dengan pelatih dan atlet, maka dapat disimpulkan
latihan tendangan pencak silat yang dilakukan masih masih monoton dan
belum terciptanya suasana latihan
yang aman, nyaman dan menyenangkan pada latihan
tendangan pencak silat. Maka latihan tendangan pencak silat
belum memberikan hasil yang memuaskan. Dari permasalah ini semua, peneliti
berinisaitif untuk mengembangkan model latihan
tendangan pencak silat.
2)
Pengumpulan
Data
Mengumpulkan
informasi; setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual,
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan. Pengumpulan data disini adalah mengkaji berbagai
literatur atau kajian pustaka yang
berhubungan tentang konsep-konsep model yang akan dikembangkan sesuai dengan
produk akan dibuat serta mengacu kepada analisis kebutuhan, telaah pakar dan
uji coba lapangan.
3)
Desain
Produk
Desain produk adalah hasil akhir
serangkaian penelitian awal, dapat berupa rancangan kerja baru, atau produk
baru. Dalam tahap ini peneliti membuat produk awal atau rancangan kerja baru
berupa rangkaian model-model latihan tendangan
pencak silat. Dalam proses pembuatan model latihan
yang dikembangkan, peneliti dapat
melakukan konsultasi dengan para ahli agar dapat
menghasilkan produk yang baik dan sempurna.
4)
Validasi
Desain
Validasi
desain adalah proses untuk menilai apakah rancangan kerja baru atau produk baru
secara rasional lebih baik dan efektif dibandingkan dengan yang lama, dengan
cara meminta penilaian dari ahli yang berpengalaman. Dalam tahap ini peneliti
melakukan uji coba model yang telah dibuat. Pengumpulan hasil data dari uji
coba model di lapangan menjadi pertimbangan bagi peneliti dan para ahli apakah
model tersebut dapat diterima.
5)
Revisi
Desain
Perbaikan
desain produk setelah diketahui kelemahannya. Setelah peneliti melakukan uji
coba model di lapangan dan di dapatkan data dari uji coba, peneliti melakukan
konsultasi kembali kepada para ahli. Proses ini brerguna untuk melakukan
perbaikan.
6)
Uji
Coba Produk
Pada
tahap ini merupakan uji coba utama produk yang telah di hasilkan dan sudah
mendapat validasi
ahli. Penilaian tentang hasil latihan tendangan
pencak silat dilakukan sebelum dan sesudah proses
latihan dengan menggunakan model latihan
tendangan pencak silat yang telah dikembangkan.
7)
Revisi
Produk
Tahap
ini adalah tahap melakukan revisi kembali terhadap produk yang telah di uji
cobakan. Revisi produk dapat berdasarkan pendapat dari para ahli serta hasil
uji lapangan.
8)
Uji
Coba Pemakaian
Setelah
melalui beberapa tahapan, termasuk uji coba dan revisi produk. Peneliti dapat
melakukan uji coba kembali untuk lebih mempersiapkan produk yang akan
dihasilkan untuk produksi masal.
9)
Revisi
Produk
Peneliti
melakukan revisi terhadap produk akhir dari model latihan tendangan pencak silat
berdasarkan saran dari para ahli dan data pada saat uji coba produk.
10)
Produksi
Masal
Peneliti
menyebarkan produk yang telah di hasilkan melalui pertemuan atau jurnal ilmiah.
Peneliti dapat juga bekerja sama dengan penerbit untuk sosialisasi produk.
1. Operational product
revision
(melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan
saran-saran hasil uji coba lapangan utama).
2. Operational field
testing
(melakukan uji produk utama dengan subjek sebanyak 30-60 subjek dalam
satu sekolah.
3. Final product revision (melakukan revisi terhadap produk akhir,
berdasarkan saran dalam uji coba lapangan)
4. Dissemination
and implementation (mendesiminasi dan
mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui
pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit unuk sosialisasi
produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontroll kualitas).
[1] Etta Mamang Sangadji. Metode Penelitian – Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2010), h. 1
[2] Ibid. h. 1
[4] Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan. (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2013) h. 223
[5] Sukmadinata. Ioc.cit. h.165
[6] Nusa Putra. Penelitian dan Pengembangan: Suatu Pengantar. (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2015) h. 70-71
[7] I Made Tegeh, et. al. Model penelitian Pengembangan.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014)
h. 41
1998), h. 163.
[9] Borg, W.R dan Gall, M.D. 1983. Educational Research
An Introduction. New York: Longman. h. 775-776
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan
Penelitian
Secara umum hasil dari penelitian pengembangan
adalah menghasilkan produk baru yang nantinya akan dipakai dalam kegiatan melatih
untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran guling depan
serta mempermudah guru untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penelitian pengembangan media pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan guing depan untuk usia SMP secara
khusus memilki beberapa tujuan diantaranya :
1.
Mengembangkan media pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi
guling depan.
2. Memperoleh data empiris tentang efektivitas dan efisiensi hasil pengembangan media pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan materi guling depan.
Tujuan akhir darikegiatan penelitian dan pengembangan (R&D) ini adalah untuk menghasilkan produkmodel media belajar pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan materi guling depan untuk siswa smp kelas
VII yang dapat memberikan manfaat pada guru dan siswa dalam menerapkan materi latihan. Sehingga nantinya dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas model belajar mengajar di sekolah agar:
1)
Efektif, artinya dengan adanya pengembangan
media belajar yang bervariatif dan berkualitas dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa.
2)
Efisiensi, maksudnya dimana dengan biaya dan
waktu yang minimal sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dalam proses
3)
pembelajaran Menarik, artinya memiliki
daya tarik sehingga siswa dapat termotivasi untuk memanfaatkannya.
B. Tempat
dan Waktu Penelitian
1. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Kab. Soppeng, Subyek penelitian adalah siswa SMP kelas VII.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan dalam penelitian dan pengembangan
ini mengacu pada penelitian riset dan pengembangan dari Borg and Gall yang direncanakan
selama dua bulan, dengan rincian
sebagai berikut :
a)
Analisis
Kebutuhan
b)
Perencanaan
pengembangan media
c)
Pengembangan
desain media pembelajaran
d)
Validasi
para pakar dan revisi media pembelajaran
e)
Uji
coba kelompok kecil dan revisi
f)
Uji
coba lapangan dan revisi
C. Karakteristik
Model yang Dikembangkan
Pengguna yang menjadi sasaran dalam penelitian
pengembangan media belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan
untuk siswa kelas VIIadalah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Sasaran penelitian
Pengguna yang menjadi sasaran dalam penelitian
pengembangan media belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan
untuk siswa kelas VII adalah dengan
karakteristik sebagai berikut:
a.
Semua siswa kelas VII
b.
Siswa berusia sekitar 13-15 tahun (subjek homogen), ini
diasumsikan agar dapat mempermudah pelaksanaan uji coba produk.
2. Subjek penelitian
Teknik pengambilan subyek yang diterapkan dalam
penelitian ini merupakan sampling
jenuh/sensus, yang dikenal juga sebagai semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel.
D. Pendekatan
dan Metode Penelitian
Penelitian pengembangan media belajar pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan materi guling depan
untuk siswa kelas VII ini menggunakan model penelitian dan pengembangan
(Research and Development) dari Borg dan Gall yang
terdiri dari sepuluh langkah dalam penelitianyakni antara lain:[47]
(1)
Research and information collecting (2)
Planning (3) Development of the preliminary from of product(4) Preliminary
field testing (5) Main product revision
(6) Main field test. (7) Operational product revision . (8) Operational field testing (9) Final produk (10)
Dissemination and implementation.
Pada penelitian dan pengembangan ini
tentunya diharapkan akan menghasilkan sebuah produk yang dapat digunakan untuk media belajar pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan materi
guling depan untuk siswa kelas VII dengan desain model baru atau
menyempurnakan yang telah ada secara lengkap sehingga bisa dijadikan sumber
belajar lain dalam proses latihan. Untuk mempermudah sistematika peneliti maka
akan digambarkan menggunakan chart mengenai
langkah-langkah penelitian pengembangan yang digunakan oleh peneliti
berdasarkan langkah-langkah penelitian oleh Borg dan Gall:
The major steps in the R & D cycle used to develop
minicourses are as follows:
1.
Research and Information
Collecting – Includes review of literature,class-room observations, and
preparation of report of state of the art.
2.
Planning – Includes defining
skills, stating objectives determining course sequence, and small scale
feasibility testing.
3.
Develop Preliminary form of
Product – Includes preparation of instructional materials, handbooks, and
evaluation devices.
4. Preliminary Field Testing – Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 –
12 subjects. Interview, observational and questioner data collected and
analyzed.
5.
Main Product Revision –
Revision of product as suggested by the preliminary field-test result.
6.
Main Field Testing –
Conducted in 5 to 15 schools with 30 – 100 subjects. Quantitative data on
subjects precourse and postcourse performance are collected. Result are
evaluated with respect to course objectives and are compared with control group
data, when appropriate.
7.
Operational Product Revision
– Revision of product as suggested by main field-test result.
8.
Operational Field Testing –
Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200 subjects. Interview, observational
and questionnaire data collected and analyzed.
9.
Final Product Revision –
Revision of product as suggested by operational field-test results.
10.Disseminationand Implementation – Report on product at professional
meetings and in journals. Work with punlisher who assumes commercial
distribution. Monitor distribution to provide quality control
Berdasarkan chart di atas langkah-langkah penelitian
sebagai berikut:
1. Research
and information collecting(Melakukan
penelitian pendahuluan, kajian pustaka, pengamatan lapangan) untuk
mengidentifikasi permasalahan yang dijumpai di lapangan.
2. Planning
(melakukan perencanaan berupa identifikasi,
definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan tes, uji ahli, uji coba skala kecil, dan uji coba
kelompok besar)
3. Development
of the preliminary from of product(mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi,
penyusunan buku/modul/video dan perangkat evaluasi)
4. Preliminary
field testing (melakukan uji coba lapangan tahap awal dari
1-3 sekolah menggunakan 6-12 subjek, pengumpulan data ini menggunakan lembar
observasi, lembar kuisioner dan wawancara serta dilanjutkan dengan analisis
data).
5. Main
product revision
(melakukan revisi produk berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji
coba lapangan tahap awal)
6. Main
field testing (melakukan uji
lapangan utama 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek)
7. Operational
product revision (melakukan revisi terhadap produk
operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji coba lapangan utama).
8. Operational
field testing (melakukan uji produk utama dengan subjek
sebanyak 40-200 subjek atau 10 sampai 30 sekolah.
9. Final
product revision (melakukan revisi terhadap produk akhir,
berdasarkan saran dalam uji coba lapangan)
10. Disseminationand
implementation (mendesiminasi
dan mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui
pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit unuk sosialisasi
produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontroll kualitas).
E.
Langkah-Langkah Pengembangan Model
Proses selanjutnya
adalah menentukan langkah-langkah tahapan penelitian yang akan dilakukan. Langkah-langkah
penelitian dan pengembangan yang dikembangkan Borg and Gall meliputi:
1) Studi Pendahuluan (Penelitian dan
pengumpulan data). Pengukuran kebutuhan, studi literature, penelitian dalam
skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.
2) Perencanaan penelitian. Menyusun
rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam
pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian
tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam
lingkup terbatas.
3) Pengembangan produk awal.
Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrument evaluasi.
4) Uji coba lapangan awal (terbatas).
5) Revisi hasil uji lapangan terbatas.
6) Uji lapangan lebih luas.
7) Revisi hasil uji lapangan.
8) Uji kelayakan.
9) Revisi hasil uji kelayakan.
10) Diseminasi dan sosialisasi produk
akhir.
a.
Revisi Produk
Setelah produk awal diujicobakan pada uji coba
kelompok kecil maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi berdasarkan
masukan dan catatan lapangan.
b.
Uji Coba
Kelompok Besar (Field
Try-out)
Kegiatan selanjutnya dalam penelitian ini adalah menguji coba media
pembelajaran pada
subyek uji coba yang menjadisasaran penelitian. Uji coba lapangan ini dilakukan pada
peserta ekstrakurikuler.
Langkah-langkah
uji coba ini meliputi:
1)
Penjelasan tentang konsep produk kepada
subyek (siswa).
2)
Meminta siswa untuk melihat video
materi rol depan .
3)
Meminta siswa
melakuakn roll depan setelah melihat contoh vidio animasi materi rol depan.
4)
Meminta siswa untuk
memberikan tanggapan mengenai produk tersebut, melalui instrumen kuesioner.
c.
Revisi Produk
Setelah pelaksanaanujicoba pada uji coba kelompok besar
maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi berdasarkan masukan dan
catatan lapangan.
1.
Uji Efektifitas
Uji coba
ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui apakah desain media telah diterapkan
dengan baik dan benar oleh guru, dan (2) seberapa efektifkah hasil penerapan
medial terhadap tujuan penelitian ini. Dengan demikian pendekatan kuantitatif
digunakan untuk mencari efektifitas tersebut dengan rancangan penelitian
praeksperimen berbentuk the one group
pretest-posttest design.[48]
Sebelum melakukan uji coba, produk
terlebih dahulu di konsultasikan kepada ahli materi dan ahli media. Setelah
mendapatkan saran maka perlu melakukan revisi 1. Setelah produk direvisi dan
dinyatakan layak untuk di uji coba, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji
coba. Dengan uji coba ini diharapkan mampu menemukan kelemahan, kekurangan,
kesalahan, dan saran-saran perbaikan sehingga menghasilkan produk yang valid
dan layak untuk dipergunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.
Desain uji coba yang dilakukan dalam penelitian pengembangan ini
meliputi dua tahap yaitu uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Uji
coba kelompok kecil melibatkan 10 siswa. Dari 10 siswa ini memiliki
kemampuan yang berbeda dari siswa
kurang pintar, sedang, dan pintar. Uji coba kelompok besar (lapangan)
melibatkan 30 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui dan mengantisipasi
hambatan ataupermasalahan awal yang muncul ketika produk tersebut digunakan. Data
hasil uji coba tersebut digunakan sebagai acuan untuk merevisi produk.
2.Implementasi Model
Implementasi produk hasil akhir penelitian riset dan
pengembangan media pembelajaran berupa pengembangan baru media pembelajaran
penjas olahraga dan kesehatan materi guling depan dapat dipergunakan dalam
pengembangan baru mmedia pembelajaran setelah kelayakan dan keefektifan media pembelajaran guling depan tersebut dalam
beberapa periode tertentu sebagai bahan pertimbangan apakah media pembelajaran
audio visual diteruskan atau dianalisa sebagai pertimbangan baru dalam
menyempurnakan kembali.
F. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi yang dilakukan pada awal
sebelum produksi media (kegiatan praktek mengajar) dan dilakukan ketika
penggunaan media dikelas maupun di lapangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui penggunaan media oleh pendidik dan peserta didik sudah benar dan
peserta didik tertarik dalam penggunaannya.
b. Angket yang terdiri dari hasil uji
kelayakan ahli materi, ahli media, dan siswa berupa kuisioner dan lembar
evaluasi yang dibuat oleh Nur Rohmah Muktiani tahun 2008.
c. Wawancara yang dilakukan sebelum
melakukan penelitian (selama wktu praktek mengajar) untuk mengidentifikasikan
masalah yang ada dilapangan. Wawancara ini dilakukan kepada pendidik dan
peserta didik. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui tanggapan dan masukan
dari pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan.
Ketentuan
:
Rerata skor ideal (Xi) : ½
(skor maksimal ideal + skor minimal ideal ).
Simpangan baku skor ideal (SBi) :
1/6 (skor maksimal ideal – skor minimal ideal)
Berdasarkan hasil konversi skor ke
nilai maka didapat nilai produk media pembelajaran yang sedang dikembangkan.
PRODUK
YANG DIBUAT ADALAH BERUPA MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN
OLAHRAGA MATERI GUING DEPAN BERBASIS VIDEO
[47] Borg. W. R & Gall, M. D, Educational Research An Introduction
(New York : Longman,
1983), h. 775
Komentar
Posting Komentar